Soloraya
Selasa, 19 Juli 2016 - 17:15 WIB

PERTANIAN BOYOLALI : Petani Boyolali Siap Tingkatkan Produktivitas Padi dengan Jarwo Super

Redaksi Solopos.com  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Wakil Bupati Boyolali, M.Said Hidayat (paling kiri) menanam padi dengan menggunakan alat transplanter saat Tanam Perdana Dem Area Jajar Legowo Super, di Desa Trayu, Kecamatan Banyudono, Selasa (19/7/2016). Tanam perdana digelar untuk persiapan Hari Pangan Sedunia, 28-30 Oktober mendatang. (Hijriyah Al Wakhidah/JIBI/Solopos)

Pertanian Boyolali akan meningkatkan produktivitas padi dengan jarwo super.

Solopos.com, BOYOLALI – Puluhan petani berkumpul di jalan desa yang merupakan batas wilayah Desa Trayu dan Desa Tanjungsari, Kecamatan Banyudono, Selasa (19/7/2016) pagi. Di sisi timur jalan terbentang sawah yang siap ditanami padi. Sawah itu masuk Desa Trayu. Sedangkan di sisi barat jalan adalah sawah dengan tanaman padi yang siap panen.

Advertisement

Di antara kerumunan para petani, Wakil Bupati (Wabup) Boyolali, M.Said Hidayat, tengah bersiap-siap menanam padi. Dia melepas sepatu dan kaus kaki, tak segan-segan kemudian nyemplung ke dalam kubangan sawah. Dia ditemani Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Kementerian Pertanian,
Muhammad Syakir.

Said memegang satu di antara empat transplanter yang disediakan. Kemudian, dia mendorong transplanter tersebut dan secara otomatis bibit padi yang ada di atas tranplanter tersebut tertanam di lahan dengan jarak tanam yang teratur. Itulah demplot area (dem area) yang akan dimanfaatkan Balitbangtan Kementan untuk peringatan Hari Pangan Sedunia (HPS).

Rencananya, padi yang ditanam kemarin bakal dipanen oleh Presiden Joko Widodo, pada puncak HPS, 28-30 Oktober mendatang.
Di dem area itu, Balitbang menerapkan teknologi sistem tanam terbaru yakni “jajar legowo (jarwo) super”, teknologi yang bertujuan meningkatkan produksi beras dengan cara intensifikasi. “Jarwo super” diklaim mampu meningkatkan produktivitas padi hingga 50% dari rata-rata produktivitas padi nasional sebanyak 5,25 ton/hektare serta mampu menghemat biaya dan pengunaan pupuk kimia.

Advertisement

“Penggunaan biodokompser mampu mengurangi penggunaan pupuk kimia sampai 40%. Penggunaan pestisida kimia juga menurun signifikan. Penggunaan varietas unggul baru juga bisa meningkatkan produksi sampai 12 ton/hektare GKP atau lebih tinggi dibanding produksi rata-rata nasional 5 ton dan Jawa 6 ton,” papar Muhammad Syakir.

Syakir mengklaim teknologi tanam padi yang diterapkan merupakan pengembangan produksi padi terbaik sepanjang 20 tahun terakhir. Di tengah ancaman bencana Elnino pada 2015, model penanaman ini mampu menghasilkan produktivitas di atas rata-rata.

“Jadi ini sangat menguntungkan petani.”
Output dari penanaman padi dengan sistem “jarwo super” di Trayu dan Banyudono adalah terciptanya benih padi kelas ES atau BR. Benih dari dem area seluas 30 hektare akan disertifikasi oleh UPBS Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jateng.

Advertisement

“Sisanya akan disertifikasi oleh pihak swasta sebagai bentuk sinergi,” ujar Syakir.

Selain di Boyolali, “jarwo super”juga akan dikembangkan di 12 provinsi lainnya yang masuk wilayah lumbung padi, antara lain Jawa Timur, Sumatera Selatan, Jawa Barat, Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan, Lampung, Sumatera Utara, dan Aceh.

Tujuannya, untuk mengejar target produksi padi nasional sebanyak 76.226 juta ton.
Said Hidayat mengatakan Boyolali adalah kota bervisi misi pro investasi namun tetap berupaya mendukung program pemerintah terkait kehatanan pangan.

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif