Soloraya
Selasa, 19 Juli 2016 - 08:00 WIB

Kawasan Gemolong-Kalijambe-Plupuh akan Jadi Ibu Kota Kedua Sragen!

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Kondisi lalu lintasi di simpang empat Gemolong tepatnya dari arah Salatiga atau Karanggede padat merayap pada H+1 Lebaran, Kamis (7/7/2016). (Moh Khodiq Duhri/JIBI/Solopos)

Kawasan Gemolong, Kalijambe, dan Plupuh akan menjadi ibu kota kedua Sragen pada 2019

Solopos.com, SRAGEN — Kawasan Gemolong, Kalijambe, dan Plupuh bakal dikembangkan menjadi Ibu Kota Kedua Kabupaten Sragen setelah Sragen Kota dalam kurun waktu lima tahun ke depan. Hal ini tak lepas dari kedekatan wilayah tersebut dengan akses langsung menuju Kota Solo dan beberapa pembangunan fisik di sana.

Advertisement

Tiga kecamatan itu akan menjadi pusat ekonomi kedua dengan keberadaan lapangan golf berstandar internasional, Museum Sangiran yang diakui Unesco, pusat industri batik Plupuh, dan rencana pengembangan kampus II Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo di wilayah Plupuh. Rencana tersebut terungkap dalam Forum Konsultasi Publik Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Sragen 2016-2021 di Aula Sukowati Sekretariat Daerah (Setda) Sragen, Senin (18/7/2016).

Isu pengembangan kawasan Gemolong sebagai Ibu Kota II Sragen muncul dari Ketua Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Sragen Haryoto yang meneruskan wacana yang disampaikan Ketua Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Sragen, Sri Busono, dalam forum yang sama. Haryono yang juga mantan Kepada Dinas Pertanian (Distan) Sragen itu meminta ada progres dan tahapan yang jelas untuk pengembangan kawasan Gemolong sebagai Ibu Kota II.

Advertisement

Isu pengembangan kawasan Gemolong sebagai Ibu Kota II Sragen muncul dari Ketua Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Sragen Haryoto yang meneruskan wacana yang disampaikan Ketua Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Sragen, Sri Busono, dalam forum yang sama. Haryono yang juga mantan Kepada Dinas Pertanian (Distan) Sragen itu meminta ada progres dan tahapan yang jelas untuk pengembangan kawasan Gemolong sebagai Ibu Kota II.

“Tahun pertama fokus pada pengembangan apa? Kemudian di tahun berikutnya. Kalau tidak lima tahun ya paling tidak ada upaya mengangkat isu di bidang transportasi yang semakin rumit,” katanya.

Bupati Sragen Kusdinar Untung Yuni Sukowati menyampaikan sesuai dengan arahan Presiden Joko Widodo (Jokowi), kebijakan anggaran selama lima tahun ke depan arahnya money follows programme dan bukan money follows function. Yuni, sapaan Bupati, berusaha memaksimalkan dana APBD yang ada agar program dan kegiatan masing-masing satuan kerja perangkat daerah (SKPD) berjalan bersama.

Advertisement

Wakil Bupati (Wabup) Sragen Dedy Endriyatno menjelaskan, adanya intrance changer (IC) atau akses masuk jalan tol di Karanganyar dan di wilayah Purwodadi memberi peluang bagi pengembangan kota satelit di kawasan Gemolong, Kalijambe, dan Plupuh. Salah satu pendukungnya berupa lapangan golf dengan target lahan seluas 100 hektare dan perumahan penduduk di Kalijambe.

Dedy berusaha menangkap keramaian Kota Solo untuk dipaksa lari ke utara di kawasan tiga kecamatan itu dengan stimulus penyediaan infrastruktur jalan yang memadai dan pusat-pusat perbelanjaan.

“Kami sudah lobi kepada Rektor UNS agar pengembangan kampus II UNS ke depan ditarik ke Plupuh. Tentu wacana ini akan terjadi multiplayer effect terhadap pertumbuhan ekonomi di kawasan itu. Kawasan Gemolong memiliki lapangan golf, Sangiran, Waduk Kedung Ombo, fasilitas pendidikan, pusat perbelanjaan, dan seterusnya. Orang keluar dari tol itu bisa langsung masuk ke kawasan itu,” harap Dedy.

Advertisement

Selain itu, Dedy berencana membangun jalan lingkar di kawasan Gemolong sepanjang 7-10 km untuk mengalihkan jalur lalu lintas Solo-Purwodadi. Dia bermimpi Kota Gemolong semakin lebar untuk mendukung sebagai Ibu Kota II Sragen. Kemudian Dedy juga ingin membuka akses jalan dari Mantingan Ngawi hingga Sumberlawang lewat jalur Gesi, Tangen, Sukodono, Mondokan, dan Jenar (Singensumonar).

“Jalur Singensumonar itu sudah dilalui truk besar yang mengindari jembatan timbang di Sambungmacan. Mereka bisa irit Rp120.000/truk ketika bisa bebas dari jembatan timbang. Ketika akses di Singensumonar dibuka harapannya akan tumbuh perekonomiannya sehingga bisa mendukung pengembangan kawasan Gemolong. Saya ingin ada semacam terminal peti kemas di kawasan Gemolong untuk tempat transir kendaraan besar,” ujar politikus dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu.

Dengan potensi ekonomi itu, Dedy menargetkan ada 25.000 lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat Sragen. Ekstremnya, Dedy bisa melobi pengusaha besar di Jakarta, Bogor, dan Bekasi (Jabotabek) untuk mengalihkan pabriknya ke Sragen dengan lahan luas dan tenaga kerja yang murah.

Advertisement

“Saya dengar dengan pengalihan pabrik itu hanya butuh waktu dua tahun untuk balik modal. Jadi target 25.000 lapangan kerja baru itu realistis,” tambahnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif