Soloraya
Senin, 18 Juli 2016 - 17:15 WIB

IRIGASI BOYOLALI : Seribu Hektare Sawah Tak Kejatah Air Waduk Bade

Redaksi Solopos.com  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi (JIBI/SOLOPOS/dok)

Irigasi Boyolali sedikitnya 1.000 hektare sawah tak mendapat aliran

Solopos.com, BOYOLALI – Lebih dari 1.000 hektare lahan pertanian yang tersebar di enam desa di Kecamatan Andong dan Klego, Boyolali, tak kebagian jatah air irigasi dari Waduk Bade. Penyebanya, waduk yang berada di batas wilayah Kecamatan Klego dan Karanggede tersebut sudah mengalami sedimentasi cukup parah sejak didirikan 1942 silam.

Advertisement

“Sejak dibangun pada penjajahan Jepang sampai sekarang, Waduk ini tak pernah dikeruk sama sekali. Akibatnya, lahan pertanian di bagian hilir tak kebagian jatah air karena volume Waduk menyusut,” ujar Pengurus Gabungan Perkumpulan Petani Pemakai Air (GP3A) Klego, Ahmadi, saat berbincang dengan Solopos.com di Desa Bade, Senin (18/7/2016).

Ahmadi mengatakan, lebih dari 1.000-an hektare lahan pertanian di Kecamatan Klego dan Andong tak tak kebagian air Waduk Bade. Lahan pertanian tersebut tersebar di enam desa, yakni Desa Banyu Urip, Sumber Agung, Karangmojo (Kecamatan Klego), Munggur, Pakang, dan Kacangan (Andong). Padahal, lahan-lahan pertanian di enam desa itu semestinya mendapatkan pasokan air dari Waduk Bade lantaran sudah dibangun saluran irigasinya sejak lama. “Tapi, sudah sepuluh tahun terakhir tak kebagian air lantaran volume Waduk Bade menyusut,” terangnya.

Berdasarkan inventarisasi GP3A Klego, luas lahan pertanian yang mestinya dialiri Waduk Bade ialah 1.350 hektare. Namun, saat ini hanya 337,5 hektare sawah yang mampu dialiri Waduk Bade. Penyebabnya, Waduk mengalami pendangkalan cukup parah.

Advertisement

“Sedimentasinya saat ini sudah mencapai ketinggian 1,5 meter. Jika luas Waduk sembilan hektare, berarti penyusutan volume Waduk tinggal mengalikan saja,” terangnya.

Pendangkalan Waduk Bade, kata dia, juga membuat sejumlah saluran irigasi ikut rusak. Pasalnya, saluran air yang tak terpakai tak ada yang merawatnya. “Sebenarnya permasalahan ini sudah cukup lama. Namun, tak kunjung direspon Balai PSDA Jawa Tengah,” keluhnya.

Seorang petani asal Desa Karangmojo, Suparlan, mengaku hanya mengandalkan air hujan untuk mengairi sawahnya.

Advertisement

Konsekuensinya, jika musim hujan tak menentu seperti saat ini, hasil pertaniannya juga tak bisa diharapkan. “Petani sudah sering mengeluhkan kondisi Waduk yang tak berfungsi optimal. Tapi, nyatanya sampai sekarang juga tak ada tindak lanjutnya,” paparnya.

Ketua Gabungan Perkumpulan Petani Pemakai Air (GP3A) Ngemplak, Samidi, mengaku sudah pernah berkomunikasi dengan para petani di Andong ihwal masalah Waduk itu. Namun, diakuinya upaya mendorong pemerintah memang belum berhasil.

“Memang butuh perjuangan keras agar usulan kita itu bisa diterima pemerintah pusat. Proposal harus benar-benar dikawal, kalau perlu sampai ke istana,” ujarnya seraya mencontohkan susah payahnya petani Ngemplak saat mendesak perbaikan Waduk Cengklik.

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif