Jogja
Minggu, 17 Juli 2016 - 04:20 WIB

PARKIR DI JOGJA : Kalau Tarif Parkir Naik Lima Kali Lipat, Wisatawan Bisa Kapok

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Foto ilustrasi parkir kendaraan (JIBI/Harian Jogja/Antara)

Parkir di Jogja pada libur learan dikeluhkan

Harianjogja.com, JOGJA-Tingginya tarif parkir pada Lebaran lalu akan berdampak pada industri pariwisata di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Pelaku industri pariwisata dibuat tidak nyaman karena selain mengeluarkan biaya tak terduga di luar batas kewajaran, mahalnya tarif parkir tersebut berpotensi mematikan kegiatan pariwisata di Daerah Istimewa Yogyakarta.

Advertisement

Ketua Asosiasi Perjalanan Wisata (Asita) DIY Udhi Sudiyono mengatakan, aksi juru parkir yang dinilai memanfaatkan aji mumpung ini dikhawatirkan membuat wisatawan kapok datang ke Jogja. Jangan sampai karena tarif parkir, mereka enggan lagi datang ke Jogja.

“Bolehlah kalau Lebaran ada kenaikan, tapi jangan sampai lima kali lipat. Kalau kita mau membuat Jogja maju dari [sektor] pariwisata, kita harus disiplin meski butuh waktu. Tidak boleh aji mumpung dan memanfaatkan seperti ini. Semua harus sesuai SOP [standard operation procedure]-nya,” ujar dia pada Harianjogja.com, Kamis (14/7/2016).

Advertisement

“Bolehlah kalau Lebaran ada kenaikan, tapi jangan sampai lima kali lipat. Kalau kita mau membuat Jogja maju dari [sektor] pariwisata, kita harus disiplin meski butuh waktu. Tidak boleh aji mumpung dan memanfaatkan seperti ini. Semua harus sesuai SOP [standard operation procedure]-nya,” ujar dia pada Harianjogja.com, Kamis (14/7/2016).

Menurutnya pemerintah daerah harus duduk bersama dengan industri pariwisata serta juru parkir untuk membicarakan kekuatan SOP ini. Jika ditegakkan, katanya, akan berdampak baik untuk dunia pariwisata DIY ke depan. Tidak hanya dari segi parkir, aspek lain pun perlu regulasi untuk mengatur pelaku wisata agar tidak semena-mena menaikkan tarif.

Udhi mengatakan, jangan sampai wisatawan lari ke daerah tetangga seperti Jawa Tengah dan Jawa Timur hanya karena masalah parkir. Daerah tetangga saat ini juga tengah menggiatkan sektor wisatanya sehingga masyarakat semakin punya banyak pilihan untuk berwisata.

Advertisement

Pihaknya mendorong pemerintah daerah untuk membuat regulasi khusus untuk mengatur tarif parkir pada masa peak season seperti Lebaran, libur Natal dan tahun baru, serta libur tahun ajaran baru.

Sementara itu, pengamat pariwisata DIY dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof. Dr. M. Baiquni, MAG mengatakan, untuk mengatasi pengemplangan tarif parkir ini tak cukup hanya dengan membuat regulasi. Yang terpenting menurutnya adalah pemerintah daerah mengajak para jukir dan pegiat pariwisata untuk duduk bersama membicarakan masalah secara baik-baik.

“Mereka [juru parkir] perlu didatangi, disrawungi, dan diberi pengarahan. Jangan masalah ini [pemerintah daerah] hanya diam saja. Mau naikkan tarif, sewajarnya saja. Ngono yo ngono ning ojo ngono,” tandasnya.

Advertisement

Menurutnya citra baik DIY sebagai salah satu destinasi wisata andalan di Indonesia sudah dikenal. Jangan sampai karena ulah oknum yang memikirkan keuntungan sesaat ini mencoreng citra baik yang telah terbangun.

Menurut pria yang juga menjabat sebagai Ketua Program Studi S2 S3 Pariwisata UGM ini, pegiat pariwisata di DIY sudah sangat kreatif. Tidak hanya mengandalkan objek wisata seperti candi, tetapi kini Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) sudah mulai bermunculan di Gunungkidul dan Kulonprogo.

Mereka mengangkat alam yang dimiliki untuk dijadikan lahan wisata. Munculnya objek wisata baru ini perlu diimbangi dengan penataan berkelanjutan, baik dari sisi sumber daya manusianya maupun fasilitasnya. Penataan ini demi memberi dampak peningkatan ekonomi lokal di daerah objek wisata tersebut.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif