News
Kamis, 14 Juli 2016 - 04:30 WIB

TRANSPORTASI SOLO : Jumlah Perusahaan Otobus Makin Berkurang, Ini Penyebabnya

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi bus (JIBI/Harian Jogja/Hengky Irawan)

Transportasi Solo, masa Lebaran tahun ini menjadi tahun kelam perusahaan otobus.

Solopos.com, SOLO–Masa angkutan Lebaran yang diharapkan menjadi masa panen bagi perusahaan otobus (PO) urung terjadi karena macet yang terjadi di Tol Pejagan-Brebes Timur sehingga jumlah penumpang turun. Setiap tahun, jumlah penumpang bus terus menyusut dan menyebabkan beberapa PO tumbang.

Advertisement

Ketua Organisasi Kendaraan Bermotor di Jalan Raya (Organda) Solo, Joko Suprapto, mengungkapkan saat arus mudik, satu bus yang dijadwalkan bisa beroperasi dua kali hingga tiga kali pp hanya bisa melakukan sekali perjalanan pp. Apalagi mulai tahun ini bus antarkota dalam provinsi (AKDP) tidak bisa diajukan izin untuk melayani trayek antarkota antarprovinsi (AKAP) sehingga jumlah armada yang dioperasikan juga tidak bisa sebanyak seperti tahun lalu. Larangan ini dilakukan karena awak bus AKDP tidak menguasai medan.

Kondisi sehari-hari pun, PO mengalami kesulitan karena jumlah penumpang yang terus menurun. Dia mengungkapkan tiga tahun lalu ada sekitar 55 PO yang terdaftar sebagai anggota Organda Solo, yang terdiri atas armada AKAP, AKDP, taksi, angkutan kota, dan truk. Namun dia mengatakan saat ini hanya tinggal 43 PO yang bertahan.

“Penurunan jumlah PO ini bermacam, ada yang gulung tikar, merger atau digantikan BST,” ungkap Joko kepada Solopos.com, Rabu (13/7/2016).

Advertisement

Menurut dia, untuk PO yang gulung tikar, biasanya armada yang dimiliki di lelang ke PO yang masih eksis. Dia mengungkapkan load factor angkutan umum saat ini 45%, kecuali libur sekolah dan libur panjang bisa mencapai 60%-65%. Sedangkan bus kota load factor sekitar 55%-60% dan apabila sekolah libur, load factor hanya 40%.

Sementara itu, Ketua Organda Wonogiri, Edy Purwanto, mengatakan dulu ada 32 PO tapi terus menyusut hingga tinggal sekitar 20-an PO. Keadaan pun semakin sulit dengan adanya aturan bus yang dirakit sebelum tahun 2000 sulit untuk mendapatkan izin perpanjangan trayek. Oleh karena itu, dari sekitar 669 bus yang bisa dioperasikan sekitar 300 bus.

Lebih lanjut, Joko mengungkapkan saat ini sudah mulai ada angin segar bagi PO dengan adanya perbaikan ekonomi. Kebijakan pengurangan biaya untuk pengurusan BPKB kendaraan dan beberapa pajak lainnya mulai diterapkan di Jateng.

Advertisement

Meski begitu, diakuinya masih banyak tantangan yang harus dilalui PO. Oleh karena itu, dia mengatakan kebijakan penjualan tiket secara online yang akan diterapkan sepenuhnya pada tahun depan bisa membuat bus semakin diminati masyarakat. Namun diakuinya hingga saat ini belum ada informasi resmi mengenai kebijakan tersebut.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif