Soloraya
Rabu, 13 Juli 2016 - 21:40 WIB

MAKANAN KHAS BOYOLALI : Balung Kethek Asal Simo Dibanjiri Pesanan dari Luar Jawa

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Sejumlah kaum perempuan asal Desa Temon, Simon, tengah mengiris bahan dasar singkong untuk pembuatan makanan khas Balung Kethek di desa setempat, Rabu (13/7/2016). (Aries Susanto/JIBI/Solopos)

Makanan khas Boyolali berupa balung kethek menjadi pilihan para pemudik.

Solopos.com, BOYOLALI–Makanan khas Boyolali berupa Balung Kethek dibanjiri pesanan dari luar Jawa. Dalam sepekan terakhir, setidaknya 5.000 kemasan makanan dari bahan dasar singkong tersebut terkirim ke sejumlah daerah di Jawa dan luar Pulau Jawa.

Advertisement

Salah satu pengembang industri rumah tangga makanan khas Balung Kethek asal Desa Temon, Simo, Jumiyanti, menjelaskan makanan tersebut diminati banyak orang setelah ia mengolahnya menjadi makanan dengan beragam rasa. Ada rasa pedas, natural, asin, serta balado. Karena tingginya minat warga untuk mengincipi makanan tersebut, saat ini ia mempekerjakan lima hingga sepuluh perempuan dari tetangganya.

“Dulu kami kerjakan sekeluarga sendiri. Karena pesanan banyak, kami harus mempekerjakan sejumlah warga setempat,” paparnya saat ditemui Solopos.com di kediamannya, Rabu (13/7/2016).

Jumiyanti mengatakan pesanan paling banyak di wilayah Jakarta, Tangerang, dan Soloraya. Sebagian lagi di luar wilayah Jawa, seperti Makassar. Dalam sebulan di hari normal, setidaknya pendapatan Rp30 juta bisa dikantongi. “Kalau Lebaran bisa empat hingga lima kali lipat,” ujarnya.

Advertisement

Sayang, imbuhnya, tingginya permintaan itu tak diimbangi ketersediaan bahan dasar singkong. “Kalau bahan dasarnya memang susah-susah gampang. Kalau pas enggak musim panen, ya kami kerepotan,” paparnya.

Kasi Perekonomian Kecamatan Simo, Esti Prihastuti, mengatakan usaha rumah tangga makanan khas Balung Kethek di Desa Temon, Simo, diakui memang sangat membantu warga sekitar, tak terkecuali kaum perempuan. Warga yang menanam singkong di tegalannya bisa terjual. Sementara, kaum ibu bisa mendapatkan aktivitas yang produktif dengan cara bekerja sebagai pengupas dan pengiris singkong. “Jadi ekonomi warga berputar. Ibu-ibu desa bisa terberdayakan ekonominya,” paparnya.

Ia mendorong kepada ibu-ibu Desa Temon, Simo, agar terus menciptakan inovasi dan kreasi guna memberdayakan perempuan desa dan perekonomian warga setempat.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif