Soloraya
Senin, 11 Juli 2016 - 18:17 WIB

DEMAM BERDARAH BOYOLALI : 36 Warga Sambi Terserang DB

Redaksi Solopos.com  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi nyamuk penyebar demam berdarah. (JIBI/Solopos/Dok.)

Demam berdarah Boyolali menyerang 36 warga Sambi.

Solopos.com, BOYOLALI – Sedikitnya 36 warga di lima desa di bawah pengawasan Puskesmas Sambi I, Boyolali, terserang penyakit demam berdarah dengue (DBD) dalam satu semester terakhir. Lima desa yang dinyatakan endemis DBD itu ialah Tempursari, Canden, Demangan, Jagoan, dan Sambi.

Advertisement

Kepala Puskesmas 1 Sambi, dr.Sri Maryani, mengatakan jumlah kasus DBD kali ini bisa jadi merupakan kasus tertinggi dalam beberapa tahun terakhir. Bahkan, penyebaran penyakit mematikan itu hampir merata di semua wilayah Boyolali. Beruntung, kata dia, tak ada korban DBD di wilayah Sambi yang sampai meregang nyawa.

“Alhamdulillah, semua pasien tertangani dengan baik dan tak sampai ada korban jiwa,” ujar dia saat berbincang dengan Solopos.com di Puskesmas Sambi 1, Senin (11/7/2016).

Advertisement

“Alhamdulillah, semua pasien tertangani dengan baik dan tak sampai ada korban jiwa,” ujar dia saat berbincang dengan Solopos.com di Puskesmas Sambi 1, Senin (11/7/2016).

Berdasarkan catatan Puskemas Sambi 1, para korban DBD tak semuanya terserang nyamuk dari wilayah Boyolali. Sebagian korban terindikasi kuat terserang DBD dari luar wilayah Boyolali.

“Ada sebagian mahasiswa yang terserang DBD. Setelah dilakukan penyelidikan epidemologi, ternyata sebelum dibawa pulang ke Boyolali sudah terkena virus lebih dahulu,” ujar terang Sukasno, pegawai Puskesmas Sambi 1 yang menangani DBD.

Advertisement

“Kami selalu imbau kepada warga agar tak bosan-bosan melakukan PSN [pemberantasan sarang nyamuk]. Cara inilah yang paling efektif, ketimbang fooging,” jelasnya.

Pemberantasan nyamuk dengan cara fooging dinilai hanya sesaat dan tak bisa membunuh telurnya. Selain itu, dampak negatif dari fooging ialah terjadinya pencemaran udara, kebisingan, dan tak membangun pola hidup yang sehat.

“Kalau PSN kan ada edukasi gotong royong, membangun gaya hidup sehat, dan menanamkan diri suka kebersihan,” paparnya.

Advertisement

Ditanya ihwal strategi penerapan sanksi moral kepada keluarga jika masih ditemukan adanya jentik nyamuk di sekitarnya, Maryani mengaku sudah membahasnya dengan warga setempat.

Strategi tersebut dinilai sangat ampuh untuk membangun kesadaran warga dalam memberantas penyebaran nyamuk aedes aegypti. Sayang, wacana tersebut belum bisa direalisasikan saat ini lantaran belum adanya kesiapan warga.

“Sebenarnya ini sangat ampuh. Tapi, karena masih banyak warga yang belum siap dan ada rasa ewuh pakewuh dengan tetangganya, jadi belum bisa dijalankan.”

Advertisement

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif