Jogja
Kamis, 7 Juli 2016 - 11:20 WIB

LEBARAN 2016 : Grebeg Syawal, Telur Merah Lambang Menuju Hidup Lebih Baik

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Mangku Sutrisno, 80, sedang menata telur merah dengan menusukkannya ke bilah bambu, Kamis (7/7/2016), ketika ditemui di halaman Keben, kompleks Kraton Jogja. (Uli Febriarni/JIBI/Harian Jogja)

Lebaran 2016 di Jogja ditandai dengan menggelar grebeg syawal.

Harianjogja.com, JOGJA — Telur merah atau yang populer dengan sebutan endog abang merupakan salah satu cemilan khas yang bisa ditemui saat grebeg. Begitu juga pada Kamis (7/7/2016), ketika grebeg syawal digelar.

Advertisement

Sekitar pukul 10.30 WIB seorang perempuan tua dengan kebaya kutu baru motif bunga, duduk di salah satu sisi utara pelataran halaman Keben, kompleks Kraton Jogja. Bawahan yang ia gunakan adalah sebuah jarik atau kain. Tak begitu jelas, karena tertutup sebuah bakul yang terbuat dari rotan.

Di atasnya, sejumlah telur merah dan beberapa bungkusan daun pisang sudah tertata. Ternyata bungkusan tersebut adalah ketan dan serundeng. Si perempuan yang berusia sekitar 80 tahun itu kemudian terlihat sedang menusukkan bilah bambu tak lebih dari 30 sentimeter ke tengah telur bebek merah itu. Kertas-kertas yang sudah digunting sedemikian rupa, dililitkan ke tubuh bambu.

Perempuan yang tak kusut meski diterpa cahaya matahari itu, bernama Mangku Sutrisno. Ia kemudian menancapkan bilah bambu yang sudah ada telur merah tersebut, ke sebuah batang pisang. Dalam sekejap, telur merah yang sudah terpasang dengan batang bambu itu, seakan ‘memanggil’ pembeli untuk datang.

Advertisement

Satu telur, baik yang berhias bambu atau tidak, dijual seharga Rp3.000, sedangkan ketan serundeng dihargai Rp2.000. Hari ini, perempuan yang keseharian menjual tempe benguk, singkong rebus itu menjual 25 butir telur merah. Mangku hanya menjual telur merah pada momen-momen tertentu seperti grebeg syawal, maulud dan terkadang ia juga berjualan saat sekaten.


Mangku Sutrisno, 80, sedang menata telur merah dengan menusukkannya ke bilah bambu, Kamis (7/7/2016), ketika ditemui di halaman Keben, kompleks Kraton Jogja. (Uli Febriarni/JIBI/Harian Jogja)

Menurut Mangku, yang bertempat tinggal di Jalan Prangtritis itu, telur merah melambangkan sebuah pengharapan mendapatkan keberkahan dari Kraton. Telur sendiri melambangkan sebuah kelahiran sebagai fase awal kehidupan. Warna merah maknanya kesejahteraan, dan ruas bambu berhias yang digunakan untuk menusukkan telur dimaknai sebagai bentuk hubungan vertikal antara  kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Advertisement

“Telur merah dengan bambu ini menjadi simbol harapan hidup lebih baik,” kata Mangku, yang sudah berjualan telur merah selama 15 tahun, dan setiap bekerja diantar oleh kerabatnya.

Mangku, mengolah sendiri telur merah yang ia jual itu. Telur bebek direbus hingga matang, ditiriskan. Berikutnya, telur kemudian diberi pewarna merah, selanjutnya ditunggu hingga pewarna kering, telur merah siap dijual.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif