Jogja
Rabu, 6 Juli 2016 - 05:20 WIB

PERHOTELAN JOGJA : Saling Bajak Pegawai Sudah Biasa

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi karyawan (Academiabuscompany.com)

Perhotelan Jogja, tingkat keluar masuk pegawai tinggi.

Harianjogja.com, JOGJA — Pertumbuhan hotel yang pesat dinilai perlu dikendalikan. Maraknya hotel-hotel yang ada di DIY membuat perpindahan pegawai hotel sangat cepat dan terjadi praktek saling bajak pegawai.

Advertisement

Ketua Jogja  Investment Forum (JIF) KGPH Hadiwinoto mengatakan iklim investasi di DIY sangat kondusif. Hal itu memicu hotel yang semakin menjamur. Namun, para pemimpin kabupaten dan kota harus dapat mengendalikan arus pertumbuhan tersebut.

“Boleh menambah hotel, tapi jangka waktunya mesti dilakukan secara bertahap. Bukannya terus sekaligus,”  ujar dia ketika ditemui di Kantor Perwakilan Bank Indonesia, Jogja, beberapa waktu lalu.

Ia mengatakan pemerintah setempat menjadi pihak yang paling tahu kebutuhan investasi di daerahnya. Saat ini, mereka bersyukur karena DIY masih menjadi destinasi wisata dan memiliki banyak tamu  atau wisatawan yang berkunjung.

Advertisement

“Tapi, yang terjadi, manuver pegawai di perhotelan itu sangat cepat dan terjadi pembajakan karyawan di hotel oleh hotel lainnya,” kata dia.

KGPH Hadiwinoto menyebutkan, bisa saya seseorang masih menjadi seorang pramusaji di sebuah hotel, tetapi ketika pindah ke hotel lain, jabatannya langsung naik.

“Siapa sih yang enggak mau pindah kerja dengan posisi lebih tinggi dan gaji lebih tinggi? Ini yang harus tertata,”kata dia.

Advertisement

Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DIY Istidjab M Danunagoro mengatakan, pembajakan pegawai antar hotel sudah terjadi terutama untuk level manajer. Namun, menurutnya, hal ini dinilai tidak akan mengganggu kinerja atau profesionalisme bekerja karena mereka sudah memiliki kapasitas yang sesuai dengan jabatan yang dibutuhkan.

“Pengaruhnya paling ke hotel yang pegawainya dibajak. Mereka harus mencari pegawai yang baru,” kata dia.

Sementara itu, Indonesia Chef Association (ICA) DIY menilai pembajakan di tingkat chef berdampak cukup negatif. Terlalu seringnya berpindah hotel dalam waktu singkat membuat ilmu mereka kurang mumpuni.

“Kalau di tingkat yang baru belum belajar dengan tuntas tapi sudah harus memegang posisi lebih tinggi, kapasitas mereka kurang terasah,” ungkap dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif