Jogja
Rabu, 6 Juli 2016 - 07:20 WIB

PELUANG USAHA : Penjahit Mesin Onthel Banjir Orderan saat Ramadan

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Deretan penjahit mesin onthel yang ada di Pasar Bantul, Kamis (30/6/2016). ( Yudho Priambodo/JIBI/Harian Jogja)

Peluang usaha berikut dari penjahit keliling.

Harianjogja.com, BANTUL — Berbeda dengan penjahit pada umumnya, sejumlah penjahit yang berada di los Pasar Bantul ini bekerja menggunakan mesin jahit duduk dengan onthelan tangan untuk mengoperasikan mesin jahitnya. Meskipun terlihat sepele, namun jasa mereka dibutuhkan banyak pelanggan mendekati hari lebaran seperti saat ini.

Advertisement

Suara gemuruh sudah mulai terdengar di telinga saat kita mendekati los pasar tengah Pasar Bantul, sebuah pasar yang terletak di tengah kota Bantul ini. Tampak kejauhan puluhan orang tampak berurutan membuat sebuah antrian, ada yang duduk bahkan sampai rela untuk berdiri.

Setelah semakin mendekat di depan antrian tersebut terlihatlah sembilan perempuan duduk, masing-masing mereka mengadap sebuah mesin jahit kuno yang masih dioperasikan dengan onthelan tangan yang sangat berbeda jauh dengan mesin-mesin jahit modern jaman sekarang.

Advertisement

Setelah semakin mendekat di depan antrian tersebut terlihatlah sembilan perempuan duduk, masing-masing mereka mengadap sebuah mesin jahit kuno yang masih dioperasikan dengan onthelan tangan yang sangat berbeda jauh dengan mesin-mesin jahit modern jaman sekarang.

Melayani segala jenis jasa permak pakaian, para perempuan paruh baya ini memberikan sebuah pelayanan terlihat sepele tetapi sangat banyak dibutuhkan banyak orang. Apalagi menjelang lebaran saat ini, orang silih berganti akan memenuhi lapak mereka untuk permak celana sampai baju yang akan digunakan saat lebaran nanti.

Salah satu penjahit yang sudah 14 tahun menekuni pekerjaan ini, Ani Ariasih mengutarakan, mengapa hingga saat ini jasa mereka masih banyak dibutuhkan banyak orang, bahkan orang pun rela mengantri untuk menjahitkan pakaian mereka.

Advertisement


Mulai Dari Rp5.000

Seperti menjawab semua kebutuhan dan tuntutan masyarakat saat ini yang selalu menginginkan segala sesuatu dengan cepat, bagus, dan murah, lengkap diberikan oleh para kartini-kartini asal Kota Bantul. berkisar Rp5.000 sampai Rp10.000 untuk jasa permak pakaian dengan waktu pelayanan yang hanya memakan kisaran menit memang bisa dikatakan sangat murah.

Saat diwawancarai oleh wartawan Harianjogja.com, suara mesih jahit Ani tiba-tiba berubah suara dan tampak sedikit lebih halus saat tangan Ani mengonthel mesin tersebut. Benang warna ungu yang ada disela-sela jarum terlihat hilang.

Advertisement

“Biasa mas seperti ini, benang sering ‘mlusut’. Maklum mesin jahit tua,” katanya sembari membenahi benang yang ada di mesin jahitnya.

Mesin jahit buatan Negara Tiongkok tahun 1989 milik Ani ini memang seringkali dibilang ‘rewel’, tetapi perawatan yang selalu dilakukan Ani dengan memberikan oli mesin setiap sebelum dan setelah digunakan ternyata masih membuat mesin ini tampak normal.

Tidak berasa meskipun dalam suasana mengobrol santai, satu baju berwarna ungu telah selesai dikerjakannya. Tanpa membuang waktu banyak kini Ani kembali melanjutkan pekerjaannya, celana kain hitam milik laki-laki dengan rambut penuh uban yang sudah duduk mengantri lama dikeluarkannya dari kantong plastik.

Advertisement

Sembari melanjutkan pekerjaan ia kembali bercerita, saat menjelang lebaran seperti saat ini pelanggan yang datang bisa mencapai dua kali lipat jika dibanding hari-hari biasa. Dalam sehari Ani mampu menyelesaikan antara 20-30 pakaian dalam waktu sehari.

“Kalau hari biasa yang maksimaml 15 orang, tapi kalau mau lebaran seperti ini bisa sampai 30 orang,” ujarnya.

Meskipun sangat banyak diakuinya ia tidaklah terlalu memaksakan harus mengejar target menjahit banyak pakaian untuk mendapatkan keuntungan yang banyak.

“Soalnya kan dirumah ada kerjaan juga, menyiapkan keperluan anak dan suami seperti bersih-bersih rumah dan menyiapkan makan sahur ataupun buka. Jadi kalau mau buka lapak ya se bisanya saja, kadang siang baru buka,” tegasnya.

Ditanya lebih dalam, sampai kapan akan terus bekerja sebagai penjahit ia hanya tertawa. “Yo sampai tua mas, sampai sudah bisa menjahit lagi,” katanya sambil tersenyum lebar.

Ia pun sangat menginginkan ada anak perempuannya yang mau mengikuti jejaknya, namun harapan yang lebih besar dikatakannya ia akan lebih bangga jika melihat anak-anaknya akan menjadi orang yang lebih sukses dan memiliki pekerjaan yang lebih layak dibanding pekerjaan orang tuanya.

“Pengen ada yang meneruskan, tapi saya juga pengen anak saya mewndapat kerjaan yang lebih layak. Mungkin nanti kalo saya sudah tidak menjahit mesinnya saya pensiunkan saja,” tegasnya Ani.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif