Jogja
Minggu, 3 Juli 2016 - 02:20 WIB

INFLASI DIY : Bawang Merah Tekan Laju Inflasi

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - ilustrasi (JIBI/dok)

Inflasi DIY berhasil ditekan oleh harga bawang merah
Harianjogja.com, JOGJA-Memasuki paruh tahun 2016, harga bawang merah semakin turun. Saat ini harga bawang merah di pasaran di bawah Rp30.000 per kilogram (kg). Tren penurunan yang terjadi sejak Mei ini mampu menekan laju inflasi Kota Jogja bulan Juni.

Pedagang di Pasar Kranggan, Atun menyampaikan harga bawang merah pernah mencapai titik tertinggi Rp40.000 per kilogram (kg). Harga fantastis ini yang kemudian oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) disebut sebagai penyumbang inflasi terbesar pada bulan April 2016.

Advertisement

Namun, dari minggu ke minggu, harga bawang merah semakin turun. Dari Rp40.000 per kg, menjadi Rp35.000, Rp33.000, Rp30.000, Rp27.000, bahkan ada beberapa jenis bawang merah yang sudah dijual Rp23.000. Perum Bulog Divre DIY pun sampai menerjunkan harga bawang merah Rp20.000 untuk menstabilkan harga yang beredar di masyarakat.

Penurunan bawang merah pada bulan Juni ini telah menyumbang deflasi 0,10 %. “Jadi [turunnya harga bawang merah] mampu menekan laju inflasi Jogja. Juni, inflasi Kota Jogja sebesar 0,43 persen [month to month],” kata Kepala BPS DIY, Bambang Kristianto, saat menyampaikan Berita Resmi Statistik di Kantor BPS DIY Ring Road Selatan, Bantul, Jumat (1/7/2016).

Andil inflasi terbesar datang dari kenaikan harga daging ayam ras, setelah itu diikuti wortel. Amat, pedagang sayuran di Pasar Beringharjo mengatakan kenaikan wortel memang terjadi sejak awal Juni.

Advertisement

Sebelum dijual Rp13.000 per kg, ia menjual wortel dengan harga Rp10.000 per kg, dan mendekati Lebaran ini mencapai Rp15.000 per kg. “Lumayan tinggi kalau wortel. Sayuran lainnya naik tapi sedikit,” kata dia.

Komoditas penyumbang inflasi terbesar ketiga adalah gula pasir yang andil 0,04 %. Bambang kembali menjelaskan, pada Ramadan ini pola konsumsi masyarakat memang berubah karena ada kegiatan pembuatan takjil. “Kegiatan ini banyak menyerap gula pasir, gula merah, dan minyak goreng,” kata dia.

Selain itu, peristiwa bencana alam seperti banjir dan tanah longsor yang terjadi belum lama ini juga memberi pengaruh pada harga kebutuhan pangan di Jogja. Sebab, peristiwa tersebut membuat proses distribusi komoditas dari luar Jogja menjadi terhambat. Akibatnya, harga di pasaran ikut naik karena suplai barang terlambat.

Advertisement

Pihaknya memprediksi, Juli ini tingkat inflasi akan semakin naik karena dipicu kenaikan harga tiket transportasi pesawat saat Lebaran, banyaknya permintaan bahan makanan, serta tahun ajaran baru yang memungkinkan adanya kenaikan tarif indekos.

Advertisement
Kata Kunci : Inflasi DIY Laju Inflasi
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif