Jogja
Jumat, 1 Juli 2016 - 04:40 WIB

PETERNAKAN SAPI SLEMAN : Kondisi Lereng Merapi Pulih, Ketersediaan Pakan Melimpah

Redaksi Solopos.com  /  Sumadiyono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi sapi perah (Rachman/JIBI/Bisnis)

Kondisi alam Lereng Merapi yang sudah biasa sangat mendukung untuk pakan ternak sapi.

Harianjogja.com, SLEMAN-Jumlah peternak sapi perah di lereng Gunung Merapi, Cangkringan, Kabupaten Sleman, sudah mulai pulih seperti sebelum erupsi besar 2010.

Advertisement

“Masyarakat yang dulu sebelum erupsi merupakan peternak sapi perah, sekarang sudah mulai usaha peternakan lagi, meskipun mereka juga disibukkan dengan kegiatan pariwisata volcano tour,” kata anggota koperasi susu sapi, Barokah, di Dusun Pangukrejo, Umbulharjo, Cangkringan, Maryono, di Sleman, Kamis (30/6/2016).

Dia mengatakan masyarakat lereng Merapi yang sebelum bencana besar lalu beternak, kini sudah berinisiatif mencari “gaduhan” atau pinjaman sapi perah.

Advertisement

Dia mengatakan masyarakat lereng Merapi yang sebelum bencana besar lalu beternak, kini sudah berinisiatif mencari “gaduhan” atau pinjaman sapi perah.

“Ada yang nggaduh, ada juga yang membeli. Meski sudah banyak yang beraktivitas sebagai pelaku wisata,” katanya seperti dikutip Antara.

Ia mengatakan saat ini keadaan lereng Gunung Merapi juga sudah mulai pulih sehingga masyarakat tidak terlalu kesulitan untuk mencari pakan sapi dari tumbuhan hijau dan rumput.

Advertisement

Maryono mengatakan, setiap harinya, di koperasi Barokah Cangkringan mampu menjual 400 liter susu sapi perah, dari warga peternak yang berjumlah sekitar 31 orang.

“Harga susu Rp4.000 per liter dari koperasi. Sudah cukup normal,” katanya.

Peternak lain, Tukinem, mengatakan pascaerupsi Merapi 2010, di daerah Umbulharjo, Kecamatan Cangkringan memang berubah menjadi tempat wisata, berupa “volcano tour”, berupa menjelajah tempat-tempat bekas terkena lahar panas, memakai Jip ataupun motor trail yang telah disediakan oleh para pelaku wisata untuk disewakan.

Advertisement

“Kalau saat erupsi lalu, sapinya mati, Sekarang sudah beli, ada tiga ekor,” kata Tukiyem, 40, warga Pangukrejo, Cangkringan.

Ia juga mengaku tak bisa lepas dari pekerjaan beternak sapi perah itu meski dari suaminya sebagai pelaku wisata juga sudah cukup menghasilkan uang.

“Suami saya yang fokus di wisatanya,” katanya.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif