Jogja
Senin, 27 Juni 2016 - 17:20 WIB

PERTANIAN GUNUNGKIDUL : Kemarau Basah Bisa Jadi Berkah

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Wakil Bupati Gunungkidul, Immawan Wahyudi, mengatakan bahwa Gunungkidul merupakan penghasil komoditas Ketela/Singkong dengan kualitas yang baik. Ia berharap masyarakat Gunungkidul memiliki motivasi yang membangkitkan semangat untuk kemajuan sektor pertanian. Salah satu komitmennya yakni "Selama masyarakat masih menderita, tidak ada kata lelah" yang ia ucapkan saat sambutan launching Gerakan Kembali Bertani dan Tanam Ketela di Desa Wisata Jelok, Beji, Patuk Gunungkidul, Jumat (11/3/2016).(Mayang Nova lestari/JIBI/Harian Jogja)

Pertanian Gunungkidul mendapatkan berkah dari kemarau basah

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL – Potensi hujan yang turun sepanjang tahun bisa menjadi berkah bagi petani Gunungkidul. Pasalnya fenomena ini dapat memperpanjang masa tanam di daerah yang terkenal kering ini.

Advertisement

Kendati demikian, para petani diminta untuk tetap waspada. Tingginya intensitas hujan yang turun, tidak hanya berpengaruh terhadap masa tanam. Namun juga berpotensi terhadap meningkatnya serangan hama.

Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Gunungkidul Azman Latif mengaku sudah mendapatkan pemberitahuan dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) terkait dengan adanya potensi hujan yang turun sepanjang tahun.

Meski sudah masuk musim kemarau, namun intensitas hujan yang turun masih tinggi, sehingga fenomena ini dikenal sebagai kemarau basah.

Advertisement

Menurut Azman, fenomena ini bagi wilayah lain mungkin bisa menjadi musibah, tapi bagi masyarakat Gunungkidul malah menjadi berkah. Selama ini, wilayah terluas di DIY dikenal sebagai daerah kering, sehingga sektor pertanian banyak mengandalkan sistem pengairan tadah hujan.

Oleh karenanya, adanya anomali cuaca tersebut setidaknya bisa memerpanjang masa tanam petani dan bisa melakukan penanaman lebih banyak dari biasanya.

“Kalau dulu saat masuk kemarau, banyak lahan [terutama di daerah kering di wilayah selatan] tidak ditanami. Tapi sekarang masih bisa menanam karena air masih tersedia,” kata Azman saat ditemui Harianjogja.com di ruang kerjanya, Jumat (24/6/2016).

Advertisement

Dia menjelaskan, karakteristik tanah di Gunungkidul yang memiliki pori-pori besar membuat ari cepat meresap. Akibatnya potensi hujan yang tinggi tidak perlu dikhawatirkan oleh petani. Sebab dengan karakteristik tersebut, keberadaan air bisa langsung terserap sehingga tingkat kelembabannya tetap terjaga.

Kendati demikian, Azman tetap meminta petani tetap waspada. Pasalnya seiring dengan munculnya fenomena kemarau basah, potensi serangan hama juga semakin meningkat.

Guna mengantisipasi hal tersebut, selain melakukan sekolah lapangan iklim kepada petani, DTPH juga mengandalkan peran dari Petugas Organisme Pengganggu Tanaman yang dimiliki.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif