Jogja
Senin, 27 Juni 2016 - 18:20 WIB

ABRASI PANTAI SELATAN : Jarak Pantai Semakin Dekat, Warga Panjatan Tidak Mau Pindah ke Luar Jawa

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Salah satu titik talut yang dibangun warga di tepi laguna Pantai Glagah dengan harapan mengurangi resiko abrasi akibat gelombang tinggi, Kamis (9/6/2016). (Rima Sekarani I.N/JIBI/Harian Jogja)

Abrasi pantai selatan Kulonprogo akan ditindaklanjuti dengan relokasi warga

Harianjogja.com, KULONPROGO-Abrasi di wilayah Ring I, Desa Bugel, Kecamatan Panjatan semakin parah akibat diterjang gelombang tinggi beberapa waktu lalu. Jarak bibir pantai dengan rumah warga sudah kurang dari 100 meter sehingga dinilai membahayakan.

Advertisement

Namun, belum ada kepastian dari pemerintah mengenai wacana relokasi bagi warga yang mengikuti program transmigrasi lokal tersebut.

Kepala Dinas Sosial, Tenaga Kerja, dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans) Kabupaten Kulonprogo, Eko Pranyata menyatakan masih menunggu sikap dan kebijakan dari Pemerintah Desa (Pemdes) Bugel.

Advertisement

Kepala Dinas Sosial, Tenaga Kerja, dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans) Kabupaten Kulonprogo, Eko Pranyata menyatakan masih menunggu sikap dan kebijakan dari Pemerintah Desa (Pemdes) Bugel.

Hal itu karena masa pendampingan oleh Pemkab Kulonprogo yang sempat diperpanjang hingga 2011 lalu sudah berakhir. Warga transmigran di Ring I itu sudah diserahkan kepada pemdes setempat.

“Jadi ketika ada permasalahan, prosesnya melalui pemerintah desa dulu,” kata Eko kepada Harianjogja.com, Jumat (24/6/2016).

Advertisement

Saat itu, wilayah pesisir selatan dinilai cukup menjanjikan. Warga melanjutkan hidup dengan menjadi nelayan dan mengolah lahan untuk kegiatan pertanian.

Bersambung ke halaman 2

Posisi antara bibir pantai dengan rumah maupun lahan pertanian warga juga masih sangat jauh. Pemerintah tidak memperkirakan jika abrasi akan menjadi separah sekarang.

Jika warga menghendaki relokasi, Pemkab Kulonprogo bisa memfasilitasi dengan program transmigrasi lagi. Namun, Eko mengungkapkan tidak ada lahan di wilayah Kulonprogo yang bisa dipakai sehingga warga bakal ditawari program transmigrasi reguler dengan tujuan luar daerah.

Advertisement

“Kami akan menunggu dulu hasil musyawarah dan sikap kepala desa terkait apakah warga tetap bertahan di sana atau bagaimana,” ujar Eko.

Ditemui terpisah, Kepala Desa Bugel, Sunardi mengatakan, jarak antara bibir pantai dengan rumah warga Ring I rata-rata hanya 50-60 meter. Jarak dengan lahan pertanian bahkan lebih dekat lagi. Menurutnya, warga setempat sudah semakin merasa tidak aman dan nyaman untuk tetap tinggal dan beraktivitas di sana, terlebih karena abrasi masih akan berlanjut.

Desa Bugel sendiri sudah ditetapkan sebagai Kampung Siaga Bencana (KSB). Warga sekitar telah diberi bekal yang cukup mengenai mitigasi bencana, termasuk mempersiapkan kebutuhan logistik untuk kondisi darurat.

Advertisement

Kesadaran warga untuk meningkatkan kewaspadaan tidak perlu diragukan lagi. Namun, Sunardi berpendapat tetap akan jauh lebih baik jika mereka direlokasi.

Bersambung ke halaman 3

Sebelumnya, Pemdes Bugel sempat mengumpulkan warga Ring I paska gelombang tinggi beberapa waktu lalu. Hasilnya, warga bersedia untuk pindah demi keselamatan.

Mereka kemudian diimbau untuk pulang ke wilayah asal. Namun, kebanyakan tidak mau kembali karena sudah tidak punya rumah di tempat asal dan tidak ingin bergabung dengan keluarga atau kerabat.

Di sisi lain, mereka juga tidak mau jika harus transmigrasi ke luar Jawa. “Hanya satu atau dua orang saja yang mau transmigrasi ke luar. Warga tidak mau kerja keras lagi karena usianya rata-rata sudah 50 tahun ke atas,” ungkap Sunardi, Jumat lalu.

Wilayah Ring I mulai ditempati sekitar 70 KK sejak 2002 silam. Saat ini, jumlahnya sudah bertambah menjadi setidaknya 100 KK. Meski begitu tidak semuanya menetap di Ring I, melainkan hanya datang untuk mengelola lahan pertanian.

Sunardi lalu mengatakan, warga yang tinggal di Ring I berharap ada bantuan dari pemerintah untuk membuatkan rumah di tempat asal masing-masing agar mereka bisa pindah ke lokasi yang lebih aman. “Nanti kami rapatkan dulu sebelum usulan dan keinginan warga ini dibawa ke tingkat kabupaten,” ucap Sunardi.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif