Soloraya
Sabtu, 25 Juni 2016 - 08:30 WIB

LEBARAN 2016 : Produsen Brem Nguntoronadi Wonogiri Kebanjiran Pesanan

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Mulyati, 50, menjemur brem buatannya di halam rumahnya di Tukluk RT 001/RW 002, Desa Bumiharjo, Kecamatan Nguntoronadi, Wonogiri, Jumat (24/6/2016). (Rudi Hartono/JIBI/Solopos)

Lebaran 2016 menjadi momentum produsen brem Nguntoronadi untuk meraup keuntungan berlipat.

Solopos.com, WONOGIRI–Produsen brem di Kecamatan Nguntoronadi, Wonogiri kewalahan memenuhi pesanan yang meningkat signifikan menjelang Lebaran ini. Rata-rata permintaan mencapai 1 kuintal/hari, tetapi produsen hanya bisa memproduksi 70 kg/hari.

Advertisement

Pemilik usaha pembuatan brem di Tenggar, Desa Gebang, Nguntoronadi, saat ditemui Solopos.com di rumahnya, Jumat (24/6/2016), menyampaikan pesanan mulai meningkat sejak awal Ramadan. Namun, peningkatan tajam mulai terjadi awal pekan ini. Awal Ramadan dia melayani pesanan kurang lebih 60 kg/hari.

Pada hari biasa di luar Ramadan dia melayani pesanan 50 kg/hari. Menjelang Lebaran ini pesanan yang datang bisa mencapai lebih dari 1 kuintal.

Namun, Beni tak bisa memenuhi pesanan tersebut karena keterbatasan tenaga kerja, alat, dan tempat menjemur brem. Beni hanya bisa memproduksi makanan ringan terbuat dari beras ketan itu sebanyak 70 kg/hari. Menurut dia agar bisa memenuhi pesanan tersebut setidaknya membutuhkan delapan pekerja, mesin pengaduk lebih dari satu, dan tempat menjemur lebih luas lagi. Saat ini tempat usahanya itu hanya ada lima orang pekerja dan satu mesin pengaduk.

Advertisement

“Brem dari Wonogiri punya rasa khas. Kalau pas Lebaran dan setelah Lebaran banyak orang membeli brem buat oleh-oleh,” kata Beni.

Peningkatan pesanan tersebut secara otomatis meningkatkan persediaan beras ketan sebagai bahan baku brem. Pada hari biasa Beni menyediakan 1 kuintal ketan untuk.sebulan. Sejak awal Ramadan persediaan bertambah menjadi 1,4 kuintal. Brem buatan Beni dipasarkan di Wonogiri, Magetan, Kediri, dan Solo. Dia menjual seharga Rp37.000-Rp42.000/kg

Peningkatan pesanan juga dialami tempat usaha brem di Tukluk, Desa Bumiharjo, Nguntoronadi, milik Mulyati, 50. Menjelang Lebaran ini dia memproduksi 80 kg/hari untuk memenuhi banyak pesanan. Produksi itu meningkat lebih dari dua kali lipat dibanding hari biasa. Biasanya Mulyati memproduksi 32 kg/hari. Peningkatan pesanan dirasakannya sejak awal pekan ini. Pesanan brem banyak datang dari penjual oleh-oleh dari Surabaya, Kediri, Ponorogo, Solo, dan Wonogiri.

Advertisement

“Mulai awal pekan ini produksi saya bisa mencapai lima kardus besar [setiap kardus berisi 16 kg brem]. Kalau di hari biasa paling hanya dua kardus,” kata Mulyati.

Meningkatnya pesanan diimbangi dengan peningkatan persediaan bahan baku. Mulyati biasanya menyiapkan persedian 2 ton beras ketan untuk sebulan. Sejak awal Ramadan lalu dia menyiapkan bahan hingga 3 ton. Dia menambahkan brem buatan Wonogiri berbeda dengan brem dari daerah lain. Pembedanya adalah rasa. Brem dari Wonogiri dibuat dari sari beras ketan murni, sehingga bisa langsung lumer seperti hilang saat dimulut. Rasanya pun manis.

“Kalau brem dari daerah lain ada ampas ketannya jadi ada yang tertinggal dimulut saat dimakan. Rasanya juga tak semanis brem dari Wonogiri,” ulas Mulyati.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif