News
Jumat, 24 Juni 2016 - 21:30 WIB

WNI DISANDERA ABU SAYYAF : Patroli Bersama 3 Negara Belum Berjalan, Filipina Penyebabnya

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi (JIBI/Solopos/Antara/M. Risyal Hidayat)

WNI disandera Abu Sayyaf beberapa waktu lalu mendorong perjanjian patroli bersama 3 negara. Namun hal itu tidak berjalan lantaran Filipina belum siap.

Solopos.com, JAKARTA — Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo menyatakan patroli bersama antara Indonesia, Malaysia, dan Filipina untuk jalur perairan yang dilalui ketiga negara itu sampai saat ini belum bisa dilakukan. Belum terlaksana rencana itu, justru penculikan yang kembali terjadi.

Advertisement

Dia mengatakan konkret kelanjutan memorandum of understanding (MOU) antara panglima angkatan bersenjata ketiga negara itu pascapenyanderaan 14 ABK WNI bulan lalu, masih diproses untuk dirumuskan lebih lanjut. Salah satu hal yang memperlama implementasi patroli bersama tersebut adalah adanya pergantian pemerintah di Filipina.

“Indonesia siap, tapi Filipina ini kan seperti demisioner, tanggal 30 [Mei] akan ada pergantian pemerintahan. Ini yang membuat kita tidak bisa cepat,” katanya usai berbuka puasa di Istana Wakil Presiden, Jumat (26/6/2016).

Alurnya, Gatot mengatakan setelah ditindaklanjuti oleh Kementerian Pertahanan setiap negara, barulah standar operasional patroli dikeluarkan.

Advertisement

“Kementerian Pertahanan kemarin sudah ke Filipina utk menindaklanjuti ini. Kemudian sedang diproses kemudian nanti SOP-nya baru antar-panglima,” jelasnya.

Dia mengatakan operasi bersama diperlukan mengingat perairan ketiga negara tersebut adalah jalur ekonomi untuk mengangkut barang perdagangan dari tiap negara. “Dan sudah ada moratorium dari Menhub untuk kapal-kapal tidak bergerak dulu ke sana. Jadi yang dipertanyakan kenapa bisa ada izin pelayaran ke sana,” katanya.

Sebelumnya, Kementerian Luar Negeri membenarkan bahwa kelompok militan Filipina kembali menyandera 7 ABK WNI dari kapal berbendera Indonesia, yaitu tugboat Charles dan tongkang Robby, di laut Sulu, Filipina Selatan, sejak Senin (20/6/2016) lalu.

Advertisement

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan penyanderaan terjadi di laut Sulu dalam 2 tahap pada 20 Juni 2016. Pertama, penyanderaan terjadi sekitar pukul 11.30 waktu setempat, dan yang kedua sekitar pukul 12.45 waktu setempat oleh dua kelompok bersenjata yang berbeda.

“Setelah berkomunikasi dengan sejumlah pihak di Indonesia dan Filipina, pada 23 Juni 2016 sore kami dapat konfirmasi bahwa telah terjadi penyanderaan te terhadap ABK,” katanya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif