Jogja
Kamis, 23 Juni 2016 - 03:40 WIB

PEREKONOMIAN DIY : Bencana Jateng DIY Pengaruhi Inflasi

Redaksi Solopos.com  /  Sumadiyono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi inflasi (JIBI/Harian Jogja/Reuters)

Bencana banjir maupun longsor yang terjadi di Jawa Tengah cukup mempengaruhi harga kebutuhan.

Harianjogja.com, JOGJA – Badan Pusat Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta memperkirakan bencana banjir dan longsor yang kemungkinan mengganggu jalur distribusi kebutuhan pokok dapat memicu tingginya inflasi di daerah itu pada Juni mencapai 0,22-0,24%.

Advertisement

“Laju inflasi pada Juni kami perkirakan naik dari bulan Mei yang masih ada di angka 0,08. Pemicunya di antaranya karena bencana banjir dan longsor pekan lalu yang terjadi di sepanjang jalur distribusi sembako,” kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) DIY Bambang Kristianto seperti dikutip Antara, Rabu (22/6/2016).

Menurut Bambang, peristiwa bencana banjir maupun longsor yang terjadi di Jawa Tengah cukup mempengaruhi harga sayur mayur atau kebutuhan pokok lainnya. Apalagi kebutuhan pokok di DIY masih banyak bergantung pasokan dari Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Seperti kebutuhan bawang merah, para pedagang di DIY banyak bergantung dari pasokan petani dari Brebes. Sementara jalur distribusi dari Tegal, Jawa Tengah menuju Yogyakarta sempat terhambat dengan banjir, sementara melalui Kebumen juga terjadi longsor.

Advertisement

“Implikasinya distribusi terkendala dan ujung-ujungnya harga bisa naik karena pasokan sedikit berkurang,” ucapnya.

Di sisi lain selama Juni-Juli juga akan banyak liburan sekolah, khususnya SMP-SMA yang akan memicu kebutuhan komoditas bawang putih, bawang merah, cabai, telor ayam, ikan, daging ayam, dan sapi naik.

Oleh sebab itu, pemerintah daerah maupun pusat, menurut dia, seharusnya sudah menyiapkan upaya antisipasi dengan menjaga jalur distribusi agar harga-harga sembako tidak naik dan berdampak pada kenaikan inflasi.

Advertisement

Menurut Bambang, harga daging sapi yang hingga saat ini masih stabil tinggi di angka Rp115.000-Rp120.000 per kg, juga turut berkontribusi mendongkrak laju inflasi pada Juni. Hal itu disebabkan kebutuhan masyarakat akan daging diperkirakan meningkat menjelang Lebaran.

Menurut dia harga daging sapi lokal sulit turun sebab, peternak sapi di DIY rata-rata memperlakukan ternak sapi sebagai investasi.

“Kebanyakan ternak sapi di DIY bukan untuk disembelih tapi untuk investasi atau tabungan. Peternak baru menjual sapinya ketika betul-betul membutuhkan,” ujarnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif