Soloraya
Senin, 20 Juni 2016 - 09:25 WIB

BANJIR SRAGEN : Akses Antarkecamatan Lumpuh, 200 Warga Terisolasi

Redaksi Solopos.com  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Seorang warga melintasi gapura pintu masuk Dukuh Bakung, Desa Pringanom, Masaran, Sragen yang tergenang air sedalam di atas lutut orang dewasa saat banjir melanda dukuh tersebut, Minggu (19/6/2016). (Tri Rahayu/JIBI/Solopos)

Banjir Sragen antara lain berdampak 200 warga terisolasi.

Solopos.com, SRAGEN—Sebanyak 200 warga di Dukuh Bakung dan Sari, Desa Pringanom, Kecamatan Masaran, Sragen terisolasi oleh genangan air luapan Sungai Bengawan Solo, Minggu (19/6/2016). Ratusan warga di dua dukuh itu tidak bisa beraktivitas ekonomi karena akses keluar masuk dukuh tergenang air sedalam hampir satu meter.

Advertisement

Akibatnya, 11 rumah di dua dukuh itu tergenang air dengan ketinggaian di atas mata kaki. Luapan air Bengawan Solo juga melumpuhkan lalu lintas jalan penghubung Kecamatan Masaran dan Kecamatan Plupuh sejak pukul 02.00 WIB. Hingga pukul 20.00 WIB, jalan penghubung dua kecamatan itu masih tergenang air. Bukan hanya itu, 36 hektare tanaman padi milik ratusan petani di Kecamatan Masaran pun terancam gagal panen.

Genangan serupa juga dijumpai di areal persawahan di Desa Karanganyar, Gentan Banaran, Gedongan, dan Dari di Kecamatan Plupuh. Selain itu, luapan Bengawan Solo juga terjadi di wilayah Desa Sribit dan Tenggak di Kecamatan Sidoharjo dan Desa Tangkil Kecamatan Sragen Kota serta wilayah Kecamatan Jenar.

Advertisement

Genangan serupa juga dijumpai di areal persawahan di Desa Karanganyar, Gentan Banaran, Gedongan, dan Dari di Kecamatan Plupuh. Selain itu, luapan Bengawan Solo juga terjadi di wilayah Desa Sribit dan Tenggak di Kecamatan Sidoharjo dan Desa Tangkil Kecamatan Sragen Kota serta wilayah Kecamatan Jenar.

Sukarelawan Sentral Komunikasi (Senkom) asal Dukuh Bakung, Agus Samijo, mencatat 11 rumah yang tergenang air itu terletak di RT 008, 009, 010, dan 011 di Dukuh Bakung dan RT 005-006 Dukuh Sari. Belasan warga itu terdiri atas Agus Suwandi, Agus Sunarwan, Narto Wignyo, Warsito, Sadiyo, Asa, Mukmin, Joko, Sardi, Sidik, dan Gomblok.

Sebanyak tiga orang di antaranya mendapat bantuan sembako dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) pada Minggu pagi. Delapan orang lainnya baru mendapatkan bantuan sembako dari BPBD lewat kunjungan Bupati Sragen Kusdinar Untung Yuni Sukowati dan Wakil Bupati (Wabup) Dedy Endriyatno, Minggu siang.

Advertisement

“Untuk upaya darurat bencana, kami membagikan sembako kepada para korban bencana dulu. Data dari BPBD ada sebanyak 11 kepala keluarga,” katanya.

Kepala BPBD Sragen, Heru Wahyudi, menyampaikan hasil penyisiran satuan tugas (Satgas) BPBD, dari sekian wilayah di sepanjang aliran Bengawan Solo, hanya di wilayah Pringanom yang paling parah. Heru mengakui ada 11 rumah yang terendam banjir.

“Mereka sudah diberi bantuan semua. Untuk selanjutnya, kami berkoordinasi dengan PDAM [Perusahaan Daerah Air Minum] untuk membantu daerah yang kekurangan air bersih terumata di Pringanom,” kata dia.

Advertisement

Heru terpaksa harus membagi sif bagi Satgas BPBD karena sejak Sabtu (18/6/2016) malam mereka belum istirahat. Selain itu, Heru juga berkoordinasi dengan Kepala BPBD se-Soloraya untuk memonitor debit air Bengawan Solo dan anak sungainya.

“Kami masih terus memantau debit air Bengawan Solo. Kami belum bisa tidur selama masih ada genangan air,” katanya.

Bupati Sragen Kusdinar Untung Yuni Sukowati bersama Wakil Bupati (Wabup) Dedy Endriyatno turun ke lapangan untuk mengecek lokasi banjir. Mereka bersilaturahmi untuk meringankan beban para warga yang terkena dampak banjir.

Advertisement

Selain menyerahkan bantuan sembako kepada warga terdampak banjir, Yuni dan Dedy juga berkeliling ke sejumlah desa untuk mengetahui dampak luasan Bengawan Solo. Dari sekian desa yang dilihat, mereka mampir ke Desa Pilang, Masaran.

“Kami mengutamakan darurat bencana dulu. Banjir kali ini tak seperti 2007 lalu. Kendati demikian, kami prihatin dengan musibah ini. Areal pertanian yang terkena dampak akan didata dan ke depan akan diberi bantuan bibit dan pupuk. Kami akan berlakukan Perda Pemberdayaan Petani dalam menyikapi tanggap darurat banjir,” ujar Yuni saat ditemui wartawan di Pilang.

Seorang petani asal RT 011 Dukuh Bakung, Desa Pringanom, Masaran, Ngadiyo, 55, mengaku dua patuk sawah yang siap panen miliknya terendam banjir. Dia memastikan harga gabahnya akan anjlok dari Rp4.000/kg menjadi Rp3.000/kg karena kadar airnya menjadi tinggi. Dia mengaku rugi sampai 30% bila dibandingkan dengan biaya produksi.

“Sebenarnya tinggal menunggu antre threser saja untuk panen. Belum sempat dapat antrean sudah tergenang air duluan. Setelah surut pun kalau mau panen butuh biaya tinggi. Gabah basah begini kalau dipanen butuh biaya sampai Rp1 juta per patok,” ujarnya.

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif