Soloraya
Senin, 20 Juni 2016 - 21:40 WIB

BANJIR SOLO : Pemkot Akui Drainase Kota Buruk

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Sebuah mobil sedan BMW macet saat mencoba menerobos genangan air di Jl . Dr Supomo (barat Pengadilan Negeri, Solo, Sabtu (18/6/2016) malam. Hujan deras yang menguyur koya Solo menyebabkan beberapa tempat tergenang air dan beberapa pohon tumbang. (Sunaryo HB/JIBI/Solopos)

Banjir Solo, Pemkot mengakui salah satu biang genangan karena drainase buruk.

Solopos.com, SOLO–Wali Kota Solo F.X. Hadi Rudyatmo mengakui salah satu biang genangan saat hujan deras melanda Kota Bengawan, Sabtu (18/6/2016), disebabkan sistem drainase yang buruk. Untuk menanggulangi hal tersebut, Pemerintah Kota (Pemkot) berencana menata kelola drainase di dalam kota.

Advertisement

“Saya lihat tempo hari, air yang masuk ke saluran drainase besar di sebelah barat Stadion Sriwedari itu belum penuh. Tapi air di tempat lain seperti di Jl. Supomo, Jl. Yosodipuro, Kalitan, dan sekitarnya sudah tergenang. Itu karena air saluran drainase belok-belok jadi mau masuk sungai mengantre,” terangnya saat ditemui Solopos.com di kediaman pribadinya, Minggu (19/6/2016).

Rudy, sapaan akrabnya, menyebutkan pihaknya berencana membenahi tata kelola drainase kota sehingga ke depan bisa mengatasi genangan di pusat kota. “Nanti saluran drainase dari Supomo akan kami potong langsung ke selatan. Tidak perlu belok ke timur atau ke barat. Langsung saja airnya masuk ke Taman Segaran [Sriwedari]. Dari sana nanti airnya akan disalurkan langsung ke Kali Jenes,” bebernya.

Menurut Rudy, untuk merealisasikan program tersebut pihaknya membutuhkan dukungan penataan kawasan Sriwedari. “Kami butuh mengeruk Segaran. Selain itu juga diperdalam. Yang sekarang ini sudah penuh sedimen. Kedalamannya tinggal dua atau tiga meter saja,” paparnya.

Advertisement

Selain menyasar pembangunan saluran drainase yang tidak berkelok-kelok, Wali Kota juga berencana memfungsikan sejumlah pintu air peninggalan Belanda. “Di kota ada dua yang mau dihidupkan. Satunya mengarah ke drainase Keraton Solo. Satunya lagi pintu air kecil di depan Boga Sriwedari. Yang sekarang ukurannya diperkecil, semenjak Kebon Binatang Sriwedari dipindah ke Jurug,” urainya.

Rudy juga menyebutkan salah satu penyebab banjir di Solo karena sedimen di anak sungai masih tinggi. “Sedimentasi anak sungai Bengawan Solo harusnya sudah dikeduk semua. Sedimentasinya sudah tinggi,” katanya.

Terkait rencana pemerintah membangun saluran drainase melalui tanah sengketa Sriwedari, Rudy menyatakan proses pembangunan akan dilaksanakan ketika sertifikat Sriwedari sudah atas nama negara. “Nanti enggak masalah kalau sertifikat sudah atas nama negara. Kalau ahli waris tidak terima, silakan menggugat,” ujarnya.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif