Soloraya
Minggu, 19 Juni 2016 - 03:00 WIB

WISATA BOYOLALI : Ssst, Ternyata ada Empat Tempat Keramat di Dekat Bukit Gancik

Redaksi Solopos.com  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Sejumlah remaja berfoto diri (selfie) di gardu pandang yang ada di Bukit Gancik lereng Gunung Merbabu tepatnya di Dusun Selo Nduwur, Desa Selo, Kecamatan Selo, Selasa (14/6/2016). (Hijriyah Al Wakhidah/JIBI/Solopos)

Wisata Boyolali yang potensial untuk dikembangkan salah satunya adalah Bukit Gancik.

Solopos.com, BOYOLALI — Di kawasan Bukit Gancik, Dusun Selo Nduwur, Desa Selo, Kecamatan Selo, ada empat tempat keramat yang berpotensi menjadi pendukung wisata di Bukit Gancik.

Advertisement

Keempat tempat itu adalah Gua Jalak, Watu Buto, Watu Jonggol, dan Kali Gede. Jarak Gua Jalak hanya berkisar 200 meter ke atas dari gardu pandang Bukit Gancik.

Sedangkan Kali Gede, Watu Jonggol dan Watu Buto masih berada di kawasan bukit tersebut. Penggiat Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Selo, Ardi Asmara, mengatakan Gua Jalak dan Kali Gede masih dikeramatkan oleh warga hingga sekarang.

Advertisement

Sedangkan Kali Gede, Watu Jonggol dan Watu Buto masih berada di kawasan bukit tersebut. Penggiat Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Selo, Ardi Asmara, mengatakan Gua Jalak dan Kali Gede masih dikeramatkan oleh warga hingga sekarang.

“Waktu zaman penjajahan Jepang maupun Belanda, Gua Jalak menjadi tempat persembunyian warga agar terhindar dari serangan penjajah,” kata Ardi, kepada Espos, pekan lalu.

Tempat itu sekarang masih banyak dikunjungi orang-orang yang percaya dengan hal-hal mistis. Sedangkan Kali Gede, dulu adalah sungai tempat pertapaan Kyai Simbar Joyo dan Nyai Simbar Joyo. Sungai itu selalu ramai setiap ada warga yang hendak menggelar hajatan. “Orang kalau mau punya hajatan harus memberikan sesajen di tempat itu. Ada mitos yang dipercaya orang hingga saat ini. Pernah ada kejadian, orang mau menikah tidak memberikan sesajen, pengantinnya pingsan sehari semalam, baru siuman setelah memberikan sesajen.”

Advertisement

“Itu dulu waktu masih zaman penjajahan. Saya tidak tahu sekarang masih atau tidak karena cerita dari nenek moyang dulu seperti itu.” Watu Jonggol tetap berada di tempatnya dan tidak pernah lapuk. Warga tidak ada yang berani menggeser letak batu karena batu itu selalu akan kembali ke tempat semula.

Dari Watu Jonggol itu pula muncul arti batu besar di Desa Selo. “Watu artinya sela. Jonggol itu besar. Selo gede yang ada di sela-sela Merapi dan Merbabu.”
Ardi mengatakan tempat-tempat keramat itu akan dikelola lebih baik lagi sebagai bagian dari wisata religi sehingga mendukung potensi pariwisata di Bukit Gancik. “Jadi nanti komplit, ada agrowisata, wisata alam, dan wisata religi.”

Salah satu pengurus Karang Taruna Desa Selo, Eko Sulistyanto, mengatakan gardu pandang di Bukit Gancik makin hari makin ramai dikunjungi masyarakat. Apalagi saat ini tidak ada tiket masuk ke kawasan tersebut.

Advertisement

“Pada akhir pekan kemarin cukup banyak, sekitar 300 orang yang datang,” kata Eko.

Menurut Eko, kebanyakan pengunjung mengetahui keberadaan potensi wisata itu dari media sosial.

 

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif