Jogja
Minggu, 19 Juni 2016 - 15:20 WIB

CUACA EKSTREM : La Nina & Dipole Mode Negatif Terjadi, DIY Bakal Alami Kemarau Basah

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi Cuaca ekstrem.(JIBI/Solopos/Dok.)

Cuaca ekstrem diperkirakan masih akan terjadi.

Harianjogja.com, SLEMAN — Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta memprediksi wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta akan mengalami kemarau yang lebih basah hingga beberapa bulan ke depan.

Advertisement

“Awan-awan hujan terus mengalami pertumbuhan, akibat dampak dari La Nina dan Dipole Mode Negatif. Diprediksi pada Juli, curah hujan di DIY berkisar antara 21 hingga 100 milimeter,” kata Koordinator Pos Klimatologi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta Joko Budiono, Sabtu (18/6/2016) seperti dikutip dari Antara.

Menurut dia, kisaran curah hujan tersebut diprediksi akan sampai pada Agustus 2016. Setelah itu akan mengalami peningkatan pada September.

“Di bulan ini, curah hujan kisaran 51-100 milimeter. Petumbuhan awan-awan hujan akan meningkat. Kemarau di Yogyakarta akan lebih basah dibandingkan normalnya,” katanya.

Advertisement

Ia mengatakan fenomena Dipole Mode Negatif, merupakan anomali berupa bertambahnya pasokan air di wilayah Indonesia bagian barat.

“Sementara La Nina merupakan dampak dari El Nino. Pada pertama Juni ini, El Nino meluruh ke normalnya. Intensitas La Nina berkekuatan lemah hingga sedang sampai September, katanya.

Joko mengatakan, dampak positifnya bagi tanaman pangan, padi akan terpenuhi kebutuhan airnya.

Advertisement

“Sedangkan hortikultura, bisa buruk. Karena kelebihan air. Seperti tebu, palawija, dan tembakau,” katanya.

Advertisement
Kata Kunci : Bmkg Diy Cuaca Ekstrem
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif