Jogja
Kamis, 16 Juni 2016 - 22:20 WIB

PERTANIAN GUNUNGKIDUL : Hujan yang "Galau" Bikin Panen Kedelai Seret

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi budi daya kedelai (JIBI/Harian Jogja/Bisnis Indonesia)

Pertanian Gunungkidul terganggu dengan hujan yang tak tentu.

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL — Panen kacang kedelai di Dusun Kentheng, Desa Mulusan, Paliyan bagi petani setempat belum memberikan hasil yang maksimal. Hal tersebut disebabkan factor hujan deras pada saat awal penanaman benih yang mengakibatkan sejumlah tanaman terendam air.

Advertisement

Ketua Kelompok tani Maju Jaya, Sarnanto mengungkapkan sebanyak 15 hingga 18 hektar lahan yang ditanami kacang kedelai digenangi air pada awal penanaman. Jumlah tersebut separo dari keseluruhan hektar tanah yang digarap oleh kelompok tani Maju Jaya.

“Dari total 30 sampai 40 hektar, separuhnya tergenang air. Separuhnya masih mampu menghasilkan panenan yang lumayan bagus,” kata dia, Rabu (15/6/2016).

Sarnanto mengatakan dalam satu hektar lahan seharusnya dapat menghasilkan hingga 1,3 ton kacang kedelai. Namun kali ini kelompok tani belum dapat mencapai jumlah tersebut. Sarnanto mengatakan 75 hari yang lalu saat penanaman air yang menggenang mencapai betis orang dewasa. Pihaknya pun berupaya untuk mengatasi keadaan tersebut dengan memberdayakan seluruh anggota kelompoknya.

Advertisement

“Kemarin kita upayakan dengan membangun parit atau selokan agar dapat mengalirkan genangan air,” kata dia.

Apabila tanah yang digenangi air dan didiamkan selama dua hingga tiga hari akan berdampak pada membusuknya tanaman kedelai. Ia mengatakan beberapa petani yang mampu membeli bibit agar berusaha untuk menanam kembali, namun bagi yang tidak mampu terpaksa menanam komoditas jagung.

Dengan menurunnya hasil produksi tersebut petani kesulitan untuk mencari peruntungan. Karena untuk membeli bibit kedelai sendiri  harga masih belum terjangkau bagi petani. Petani membeli bibit kedelai seharga Rp15.000 per kg, sedangkan ketika panen petani hanya dapat menjual di harga Rp6.500 hingga Rp7.000 saja. Posisi tersebut cukup menggelisahkan petani. Saat disinggung mengenai subsidi dari pemerintah, pemerintah memberikan subsidi benih kedelai seharga Rp13.500. Namun waktu pemerintah membagikan benih dinilai terlambat, sehingga mau tak mau petani harus berswadaya benih terlebih dahulu.

Advertisement

Berbeda pada saat panen, salah seorang petani kacang di Dusun Kentheng, Saryati yang ditemui saat memisahkan kacang dengan daunnya, mengatakan warga saat ini hanya mengandalkan hujan untuk pertumbuhan tanaman kacangnya. Seperti yang dikatakan Sarnanto, hujan deras pada awal masa tanam memang cukup mengganggu pertumbuhan tanaman kacang tanah dan kedelainya. Namun kini hujan justru jarang datang dan mengakibatkan sejumlah kedelai dan kacang Tanah kekurangan air dan menjadi gabug (kekosongan biji) .

“Sudah dua minggu lebih tidak turun hujan, terpaksa hasil panen tidak dapat maksimal,” kata dia.

Akibatnya, hasil panen yang biasanya dapat mencapai 1 kuintal kini hanya dapat memanen 50 kg saja. Ia mengatakan bahwa keadaan tersebut merupakan akibat dari factor alam yang sulit dicegah. Saryati tak mampu berbuat banyak, saat ini pun ia masih menunggu hujan turun untuk menghidupi tanamannya di ladang.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif