Soloraya
Rabu, 15 Juni 2016 - 06:50 WIB

ASAL USUL : Ini Desanya Orang-Orang Sakti Mandraguna, Desa Grajegan Sukoharjo

Redaksi Solopos.com  /  Rini Yustiningsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Kantor Desa Grajegan, Kecamatan Tawangsari, Kabupaten Sukoharjo. Foto diambil, Sabtu (9/4/2016). (Trianto HS/JIBI/Solopos)

Asal Usul kali ini mengenai asale Desa Grajegan di Sukoharjo.

Solopos.com, SUKOHARJO — Nama dusun, desa atau wilayah di Jawa memiliki makna tersendiri. Termasuk nama wilayah di Kabupaten Sukoharjo, khususnya Desa Grajegan, Kecamatan Tawangsari, Kabupaten Sukoharjo. Grajegan berlokasi di bagian selatan Kota Sukoharjo. Desa Grajegan berada di jalur utama lintas kabupaten.

Advertisement

Kantor Desa Grajegan berada di pinggir jalan beraspal dan dari pusat Kota Tawangsari sekitar tiga kilometer. Salah seorang tokoh Desa Grajegan, Sukardi, 53, saat ditemui Solopos.com, Sabtu (9/4/2016), bercerita nama Grajegan sudah ada sebelum Indonesia Merdeka. Indonesia Merdeka pada 17 Agustus 1945 sedangkan Grajegan dipercayai muncul sejak 1937.

Sukardi mengaku tak paham betul sejarahnya tetapi cerita lisan turun-temurun diperoleh kabar nama Grajegan berasal dari kata gegojekan (bergurau) atau berantem.

Advertisement

Sukardi mengaku tak paham betul sejarahnya tetapi cerita lisan turun-temurun diperoleh kabar nama Grajegan berasal dari kata gegojekan (bergurau) atau berantem.

“Pada 1937-an itu di sini dihuni oleh orang-orang sakti mandraguna. Yang diutamakan di zaman itu adalah dukdeng atau penguasaan ilmu kebatinan atau olah raga,” katanya.

Dicontohkan oleh Sukardi yang kini menjabat sebagai Sekretaris Desa Grajegan, pada zaman kuno bukan suatu kepongahan jika seseorang beradu kadigdayan.

Advertisement

Sukardi menambahkan saat itu tak ada rasa dendam di antara orang yang beradu. Yang kalah mengakui dan menerima.

“Tidak seperti sekarang ini, kalah berantem mengajak teman-teman, geruduk. Dahulu orang Grajegan cukup disegani warga lain tetapi seiring perubahan zaman, ilmu kesaktian seseorang tidak diwariskan kepada anak turunnya.”

Keberadaan orang sakti di Grajegan mulai berkurang. Kini, tinggal petilasan Kiai Ahmad Dalem yang masih tersisa. Petilasan itu diyakini sebagian warga Grajegan menjadi tempat untuk berserah diri kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Advertisement

Tokoh masyarakat lain, Sutarmin, 51, menjelaskan Grajegan memang berasal dari kata grejekan atau cekcok atau pertengkaran untuk kebaikan,” ujarnya.

Saat ini luas wilayah Grajegan 313,2070 haktare dihuni oleh 1.356 kepala keluarga. Walau seluas itu, hanya ada dua kebayanan atau lurah tidak seperti desa-desa lain yang memiliki tiga kebayanan hingga empat kebayanan.

 

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif