Soloraya
Selasa, 14 Juni 2016 - 06:30 WIB

KEBUTUHAN POKOK BOYOLALI : Cegah Daging Impor, Pedagang Sepakat Ambil Barang di RPH Ampel

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi daging sapi (JIBI/Bisnis/Dwi Prasetya)

Kebutuhan pokok Boyolali, pasar di Boyolali lebih menyukai daging segar atau daging hangat.

Solopos.com, BOYOLALI–Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakkan) Boyolali mulai memantau pasar terkait peredaran daging beku impor.

Advertisement

“Mulai hari ini akan kami cek ke pasar apakah daging beku impor itu sampai masuk ke Boyolali atau tidak. Hanya kalau melihat karakter warga Boyolali, daging impor beku sulit diterima di pasaran,” kata Kepala Disnakkan Boyolali, Bambang Jiyanto, saat berbincang dengan Solopos.com, Senin (13/6/2016).

Menurut Bambang, pasar Boyolali lebih suka dengan daging segar atau daging hangat, bukan daging frozen. Menyikapi kebijakan impor daging sapi beku yang cenderung merugikan peternak sapi lokal, Bambang menyebutkan bahwa belum lama pernah ada pertemuan di Disnakkan antara jagal sapi dan pedagang. Pedagang sepakat untuk tetap mengambil daging dari rumah potong hewan [RPH].

Advertisement

Menurut Bambang, pasar Boyolali lebih suka dengan daging segar atau daging hangat, bukan daging frozen. Menyikapi kebijakan impor daging sapi beku yang cenderung merugikan peternak sapi lokal, Bambang menyebutkan bahwa belum lama pernah ada pertemuan di Disnakkan antara jagal sapi dan pedagang. Pedagang sepakat untuk tetap mengambil daging dari rumah potong hewan [RPH].

“Sebelumnya kan masih banyak daging yang dijual tapi tidak dipotong di RPH melainkan di jagal-jagal rumahan,” kata Bambang.

Dengan kesepakatan ini, dipastikan harga daging sulit ditekan di harga Rp80.000/kg. Harga Rp80.000/kg hanya bisa diterapkan di tingkat jagal. Sedangkan di tingkat penjual atau pengecer tidak bisa diberlakukan.

Advertisement

Dia menjelaskan saat ini harga sapi hidup berkisar Rp 42.000/ kg. Setelah jadi karkas, harganya menjadi Rp 72.000/kg. Namun setelah dibersihkan dan dipisahkan antara daging dan tulang, harga menjadi lebih mahal.

Di satu sisi, pemerintah daerah tidak punya kewenangan membatasi peredaran daging impor selama masyarakat membutuhkan dan pemerintah pusat menghendaki sebagai upaya menstabilkan harga daging.

“Memang pernah ada imbauan dari Gubernur Jateng agar daerah-daerah tidak menambah pasokan daging dengan mengambil jatah impor. Itu kan sifatnya hanya imbauan jadi akan kami cek dulu di pasaran. Sampai sejauh ini sih kami belum menemukan daging impor di pasar Boyolali,” papar Bambang.

Advertisement

Soal stok daging sapi, Bambang tidak bisa memastikan. “Kalau jumlah sapi banyak. Tetapi apakah petani mau menjual dan memotongnya semua? Kan tidak? Petani akan menjual jika harganya bagus dan benar-benar sedang butuh uang.”

Sebelumnya, Ketua Asosiasi Peternak Sapi Nasional (Aspin) Boyolali, Suparno, berharap daging sapi beku impor tidak beredar sampai Soloraya. Kebijakan impor daging beku dinilai telah merugikan peternak sapi lokal.

“Semestinya kami bisa panen menjelang Lebaran, nyatanya harga daging sapi dijatuhkan hingga selisih Rp40.000 lewat kebijakan impor,” kata Suparno. Untuk saat ini, impor daging sapi beku mulai berdampak pada penurunan harga daging sapi di Jakarta. Peternak sapi di Boyolali pun mulai mengurangi pasokan sapi ke ibu kota.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif