Jogja
Minggu, 12 Juni 2016 - 07:20 WIB

UMKM KULONPROGO : Berkunjung ke Sentra Pandai Besi Kulonprogo

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Seorang warga Dusun Klopo X, Desa Bendungan, Kecamatan Wates, Kulonprogo tampak sedang menempa besi panas pada akhir Mei lalu. Dusun tersebut dikenal sebagai sentra pandai besi. (Rima Sekarani I.N./JIBI/Harian Jogja)

UMKM Kulonprogo kali ini mengenai Dusun Klopo X.

Harianjogja.com, KULONPROGO — Puluhan warga Dusun Klopo X, Desa Bendungan, Kecamatan Wates, Kulonprogo turun-temurun menjadi pandai besi. Berbagai senjata tajam berbahan besi buatan mereka diklaim merajai hampir semua pasar lokal Kulonprogo.

Advertisement

Saat berkunjung ke dusun ini, tidak perlu was-was jika melihat banyak pisau, sabit, parang, atau bahkan pedang. Warga Klopo X bukanlah sekumpulan penjahat, melainkan hanya orang-orang memiliki keahlian sebagai pandai besi. Profesi itu barang kali sudah tidak begitu populer saat ini. Namun, nyatanya mereka masih melestarikannya dari generasi ke generasi.

“Tidak tahu mulainya sejak tahun berapa tapi ini sudah ada sejak zaman nenek moyang,” kata Kepala Desa Bendungan, Mujiyo, akhir Mei lalu.

Mujiyo mengungkapkan, wilayah Klopo X memang sudah lama dikenal sebagai sentra pandai besi. Sekitar tahun1980 lalu, sebuah kelompok pandai besi kemudian didirikan dengan nama Kelompok Bina Karya. Anggotanya saat ini mencapai lebih dari 70 orang. Selain berkarya secara mandiri di rumah masing-masing, setiap Jumat mereka berkumpul di sekretariat kelompok untuk bekerja bersama dan saling membantu.

Advertisement

Ketua Kelompok Bina Karya, Sukisman memaparkan, kerajinan besi yang biasa diproduksi antara lain pisau, sabit, parang, pedang, hingga bayonet. Mereka juga membuat senjata yang bernilai seni, misalnya pedang dengan hiasan ukiran tertentu. Konsumen pun tidak perlu cemas dengan kualitas produk para pandai besi Klopo X karena semuanya digaransi setahun.

“Misalnya ternyata tumpul saat dipakai, kami siap menukar atau ada kesalahan teknis tertentu saat pembuatan,” ujar Sukisman.

Sukisman lalu mengatakan, penjualan produk kelompoknya tersebar di sekitar 96 persen pasar tradisional di Kulonprogo. Selain itu, ada pula yang dipasarkan di wilayah Sleman dan Purworejo. Pemasaran produk juga dilakukan via online sehingga produk mereka bisa terjual hingga Sumatera dan Kalimantan.

Advertisement

Setiap kali kerja kelompok, mereka setidaknya bisa menghasilkan 75 buah produk berbagai jenis. Rata-rata produk untuk keperluan rumah tangga dan alat pertanian dijual seharga Rp20.000 hingga Rp50.000. Namun, harga produk khusus yang bernilai seni bisa mencapai Rp1 juta, tergantung dari tingkat kesulitan pembuatannya. “Setiap bulan kami adakan pertemuan untuk menyamakan harga agar persaingan antar anggota tetap sehat,” ucap Sukisman.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif