Soloraya
Minggu, 12 Juni 2016 - 23:35 WIB

Punya Semua Akun, Siswa-Siswa SMP Sragen Ini Pernah Lihat Video "Gituan"

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi (Istimewa/www.stuff.co.nz)

Siswa-siswa SMP di Sragen sudah mengakses hampir semua jenis media sosial hingga video gituan (konten dewasa).

Solopos.com, SRAGEN — Smartphone atau handphone (HP) pintar telah memasuki dunia anak-anak, tak terkecuali di Sragen. Dengan smartphone, anak-anak usia SMP telah memiliki akses dengan media sosial hingga terpapar konten-konten kekerasan dan pornografi tanpa sensor.

Advertisement

Kondisi itu tergambar dari perilaku dua siswa SMP yang nongkrong di pinggir Jl. Veteran Sragen, Jumat (10/6/2016) lalu. Sedikit bicara, mereka sibuk bermain ponsel masing-masing. Yang satu asyik bermain game hingga lupa ada teman di sampingnya. Siswa lainnya tak kalah asyik sendiri dengan membuka laman media sosial (medsos) Facebook. Sesekali dia tertawa sendiri begitu membaca komentar dari teman atas status yang dia unggah.

”Hampir semua medsos saya punya akunnya. Mulai dari FB, Twitter, IG, WA, dan lain-lain. Semua teman saya juga punya banyak akun medsos,” kata Ar, 14, salah seorang siswa kala berbincang dengan Solopos.com.

Ar sudah memiliki ponsel sendiri sejak ia masih duduk di bangku Kelas VI SD. HP itu dibeli dengan uangnya sendiri. Dia sengaja menyisihkan uang jajannya untuk ditabung. Orang tuanya mendukung, karena dengan HP merela akan lebih mudah menjemputnya di sekolah. ”Jadi, kalau saya pulang lebih cepat, tinggal kirim pesan atau telepon Mama saja untuk dijemput,” ujarnya.

Advertisement

Selain untuk keperluan komunikasi, ponsel itu biasa digunakan Ar untuk berselancar dunia maya. Dia banyak menemukan manfaat dari hasil browsing. Ada banyak contoh soal ujian yang bisa dia unduh, lalu dipelajari sendiri. Namun, ada kalanya dia menemukan sebuah konten yang tidak layak ditonton oleh anak seusianya.

”Pertama kali tahu gambar dan video ”begituan” ya dari HP. Biasanya itu muncul di beranda FB saya. Kadang ada yang posting alamat link tertentu yang kalau dibuka ternyata itu situs untuk dewasa,” ujar Ar.

Ar mengaku tidak pernah menyimpan foto atau video yang tidak senonoh itu di ponsel. Dia khawatir orang tuanya akan marah besar jika tahu ada konten porno di ponselnya. ”Terlalu berisiko, apalagi di sekolah HP harus dikumpulkan saat pelajaran berlangsung. Meski begitu, masih ada kok teman saya yang menyimpan foto dan video seperti itu,” jelasnya.

Advertisement

Rf, 14, yang duduk di samping Ario ikut nimbrung. Dia mengaku dibelikan HP baru oleh orang tuanya saat masih duduk di bangku Kelas VI SD. Alasannya sama, HP itu akan memudahkan dia berkomunikasi dengan orang tuanya. Terutama saat ia butuh dijemput sepulang dari sekolah. Berbeda dengan Ar, Rf lebih banyak memanfaatkan ponsel untuk main game.

Ada beberapa jenis game yang ia gandrungi. Rata-rata game yang dimainkannya berjenis peperangan. ”Kalau main game kadang suka lupa waktu, biasanya kena marah Mama,” ujarnya.

Sama dengan Ar, Rf juga memiliki beberapa akun medsos. Dia biasa menggunakan akun medsos itu untuk bersosialisasi dengan teman-temannya. Dia mengakui terkadang teman-temannya itu iseng dengan mengirimkan foto atau video tidak senonoh. Dia tidak tahu dari mana teman-temannya itu mendapatkan gambar dan video semacam itu. Setelah menontonnya, biasanya dia langsung menghapus gambar dan video itu. ”Bahaya kalau sampai ketahuan orang tua,” selorohnya.

Ar dan Rf sebetulnya masih duduk di bangku kelas VII SMP. Melalui HP, mereka sama-sama sudah pernah menonton foto atau video tidak senonoh itu. HP bagi anak-anak ternyata sudah menjadi mainan sehari-hari. Rata-rata siswa sudah memiliki HP sendiri sejak masih duduk di bangku SD.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif