Soloraya
Minggu, 12 Juni 2016 - 10:30 WIB

EKONOMI KREATIF : MEA Jadi Peluang Bagi Perajin Tembaga Tumang

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Kerajinan tembaga di Desa Tumang Boyolali. (Sunaryo HB/JIBI/Solopos)

Ekonomi kreatif, pengrajin tembaga Tumang mengaku adanya MEA memperluas pangsa pasar.

Solopos.com, BOYOLALI–Pengrajin tembaga Tumang, Cepogo, menilai dibukanya pasar bebas Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) justru menjadi peluang memperluas pangsa pasar.  Saat ini, permintaan kerajinan logam dan tembaga Tumang masih stabil.

Advertisement

“Produk kami sudah dipastikan bisa bersaing jadi kami justru senang dengan adanya pasar bebas MEA. Kami bisa memasarkan produk ke luar negeri tanpa bea masuk,” kata Manto, 40, Pemilik PT Pamungkas, sebuah industri tembaga di Desa Tumang, Kecamatan Cepogo, saat ditemui Solopos.com, belum lama ini.

Sejauh ini, permintaan produk kerajinan tembaga dari berbagai negara masih mengalir seperti dari Australia, Jerman, Malaysia, Singapura, dan beberapa negara Eropa lainnya. Dibukanya MEA, dia berharap bisa menambah kapasitas ekspor ke Malaysia dan Singapura sebanyak 40%.

Permintaan produk yang paling banyak saat ini adalah pintu masjid, kubah masjid, patung, lampu hias, dan wastafel. Volume eskpor rata-rata mencapai tiga kontainer per dua bulan atau 200 unit barang. Nilainya bisa mencapai Rp400-an juta. Namun, untuk produk-produk khusus seperti patung besar, satu unitnya bisa mencapai Rp440 juta.  Para pembeli yang ingin memesan biasanya datang langsung ke lokasi industri di Tumang.

Advertisement

“Ada juga yang pesan melalui online tapi tidak banyak. Biasanya mereka datang langsung ke sini.”

Menurut Manto, produk kerajinan tembaga Tumang digemari konsumen dari luar negeri karena kualitasnya baik dan memiliki desain yang unik. Mayoritas produk tembaga Tumang dibuat dengan cara tradisional sehingga sulit ditiru.
Menjelang pertengahan tahun, permintaan dari pasar lokal mulai meningkat. Biasanya, permintaan berasal dari pemerintahan, badan usaha milik Negara (BUMN) maupun perusahaan swasta.

“Biasa kalau pertengahan tahun, mereka mulai membelanjakan anggarannya. Jadi pesanan mulai naik,” ujar Manto.

Advertisement

Terkait bahan baku, Manto mengaku tak ada kendala. Bahan baku tembaga masih dapat diimpor dari beberapa negara seperti Bulgaria, Jepang, dan Italia. Harga bahan baku tembaga juga masih stabil pada harga Rp2 juta per lembar untuk ukuran tebal satu milimeter dan Rp1,6 juta per lembar untuk ketebalan 0,8 milimeter.

Menyinggung soal tenaga kerja, Manto menyebut saat ini pelaku industri mulai kesulitan mencari pengrajin karena banyak pengrajin di Tumang yang mulai mandiri. Namun, saat ini banyak pelajar SMK yang magang dan bisa diberdayakan untuk memenuhi produksi.

“Saya hanya punya tenaga kerja sebanyak 36 orang. Untuk bisa menyelesaikan semua pesanan, saya punya sub pengrajin di 22 lokasi. Kalau siswa SMK yang bekerja di sini ada sebanyak 12 anak.”

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif