SOLOPOS.COM - Marjiyati, petani cabai di Dusun Ring I Bugel, Bugel, Panjatan memutuskan untuk memanen semua cabai yang tersisa di kebunnya, Jumat (24/6/2016). (Sekar Langit Nariswari)
Gelombang tinggi Pantai Selatan mempengaruhi pertanian lokal.
Harianjogja.com, KULONPROGO — Gelombang pasang air laut yang melanda pesisir selatan Kulonprogo membuat sejumlah petani cabai di kawasan tersebut merugi. Pasalnya, sebagian besar tanamannya tersapu gelombang dan nyaris tidak bisa dipanen.
Marjiyati, petani cabai di Dusun Ring I Bugel, Bugel, Panjatan memanen semua cabai yang tersisa di kebunnya, Jumat (24/6/2016). Area pertaniannya yang hanya berjarak beberapa ratus meter dari bibir pantai sudah nyaris habis akibat tersapu gelombang pasang. Sejumlah pohon cabai menguning dan mati akibat terkena air laut.
Dari sisa-sisa pohon yang masih ada, ia kemudian memunguti cabai yang masih layak. Marjiyati sendiri biasanya mampu panen tanaman cabai miliknya hingga 24 kali petik. Namun, sebelum disapu gelombang, tanaman cabainya baru dipetik 3 kali. Padahal, dalam satu kali masa panen biasanya Marjiyati bisa menghasilkan sekitar 1,5 kuintal cabai.
Ia mengaku cabai yang masih bisa diselamatkan akan dikonsumsi sendiri dan dijual sebisanya.
“Jika tidak laku ya sudah, untuk sedekah saja,”ungkapnya pasrah saat ditemui di sela-sela memunguti cabainya.
Karena itu, dipastikan Maryati dan sejumlah petani di pesisir selatan akan merugi.
Area pertanian milik Marjiyati sendiri kini hanya berjarak kurang dari 100 meter dari bibir pantai. Sebelumnya ada empat baris tanaman cemara udang dan pandan yang membentengi area pertanian sekaligus pemukiman ini. Selain itu, dari tanaman cemara terluar hingga ke bibir pantai masih berjarak sekitar 20 meter.