Jogja
Sabtu, 11 Juni 2016 - 07:20 WIB

GELOMBANG TINGGI PANTAI SELATAN : Khawatir Ombak Mampir Lagi, Warga Rutin Ronda

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Gelombang tinggi di Pantai Kwaru masuk hingga warung-warung makan di sekitar pantai. Gelombang tinggi yang puncaknya diperkirakan masih terjadi sampai hari Kamis (9/6/2016) tidak menyurutkan daya tarik para wisatawan. Rabu, (8/6/2016). (Yudho Priambodo/JIBI/Harian Jogja)

Gelombang tinggi Pantai Selatan mungkin memasuki pemukiman.

Harianjogja.com, KULONPROGO — Berbeda dari sejumlah kawasan yang terdampak gelombang tinggi air laut di Bantul dan Gunungkidul yang didominasi kawasan wisata. Area pantai di kawasan Bugel, Panjatan, Kulonprogo banyak dihuni warga transmigran lokal.

Advertisement

Gelombang tinggi Pantai Selatan yang menyapu pesisir pantai di kawasan Bugel, Panjatan membuat khawatir warga transmigran yang tinggal di sana. Ombak menyapu semakin tinggi dan membuat jarak pemukiman mereka dengan bibir pantai semakin dekat.

Menurut Minem, salah satu warga setempat, kini setiap malam warga berjaga dan tidak berani tidur guna mengawasi ketinggian ombak. Kini ada sekitar 7-100 Kepala Keluarag (KK) yang bermukim di daerah bibir pantai Bugel tersebut. Sementara itu, sejumlah warga juga mendiami kawasan bibir pantai di Karangsewu, Galur namun jarak antara kediaman mereka hingga ke bibir pantai masih relative jauh.

Suparno,salah satu warga yang ditemui di Pantai Bugel mengatakan bahwa ia datang menemani anaknya sejak beberapa hari lalu.

Advertisement

“Saya menemani sejak ombak besar,sekadar berjaga,”ujarnya.

Ia sendiri sudah pasrah mengenai sejumlah pertanian yang rusak akibat air laut.

Kepala Desa Bugel, Panjatan Sunardi mengaku di wilayahnya ada 75 rumah yang terancam. Selama ini, pemantauan selalu dilakukan termasuk melakukan pendataan akan kerusakan yang terjadi. Selain itu, warga juga berkeinginan ada relokasi apabila situasi semakin memburuk.

Advertisement

“Kita sudah kumpulkan tokoh warga, dan berharap ada relokasi ke lokasi lain yang aman,” ujarnya. Warga sendiri ingin relokasi yang tidak terlalu jauh agar mereka masih bisa menggarap lahan pertanian dan menjadi nelayan.

Kepala Dinsosnakertrans Kulonprogo, Eka Pranyata mengatakan pihaknya sudah melakukan himbauan kepada warga agar mengungsi ke rumah kerabatnya. Namun, menurutnya,  warga menyatakan bahwa sementara hanya akan meningkatkan kewaspadaan dan belum akan mengungsi. Sementara itu, kebijakan selanjutnya terkait relokasi masih akan dibahas mendatang sembari terus melakukan pemantauan.

Kepala Seksi Pencegahan dan Kesiasiagaan BPBD Kulonprogo, Hepi Eko Nugroho mengatakan bahwa idealnya kawasan pemukiman harus berada minimal sejauh 500 meter dari bibir pantai. Terkait dengan kondisi saat ini, menurutnya abrasi memang rutin terjadi setiap tahun. Hanya saja, kali ini yang terjadi memang paling parah sejak beberapa tahun terakhir.

Hepi mengakui bahwa kawasan Kulonprogo memang cenderung rawan karena adanya pemukiman penduduk di daerah tersebut, khususnya di Dusun Ring I Bugel, Bugel, Panjatan. Hal ini berkaitan dengan bentang alam dan topografi daerah yang luas dan dipenuhi kawasan pertanian. “Sedangkan kalo di Gunungkidul kan tempat wisata dan tebing-tebing,”ujarnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif