Soloraya
Jumat, 10 Juni 2016 - 17:47 WIB

PENGELOLAAN SAMPAH SOLO : Bermodal dari DPK, Warga Sondakan Buat Bank Sampah

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi sampah plastik.(JIBI/Harian Jogja/Antara)

Pengelolaan sampah Solo, tiga RW di Kelurahan Sondakan membuat bank sampah.

Solopos.com, SOLO–Kelurahan Sondakan, Kecamatan Laweyan, berencana membentuk pengelolaan bank sampah di tiga rukun warga (RW). Pemerintah Kelurahan siap menggandeng komunitas peduli lingkungan untuk menginisiasi program tersebut.

Advertisement

Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK) Sondakan, Suwardi, mengatakan bank sampah potensial dikembangkan melihat semangat warga di bidang lingkungan. Menurut Suwardi, keinginan pembentukan bank sampah berawal dari usulan warga saat reses anggota DPRD beberapa waktu lalu.

“Warga RW 009 ada yang minta bank sampah. Kemarin usulan itu sudah direspons penyediaan komposter senilai Rp3 juta dari DPK (dana pembangunan kelurahan),” ujarnya saat ditemui Solopos.com di rumahnya belum lama.

Suwardi mengatakan komposter diperlukan untuk mengolah sampah organik menjadi pupuk. Pihaknya telah meminta sebuah komunitas lingkungan untuk mendampingi warga dalam penggunaan komposter. Menurut Suwardi, bank sampah bisa dikembangkan hingga tiga RW merujuk potensi warga.

Advertisement

“Kami memiliki kampung iklim yang terletak di Kampung Sondakan. Kawasan itu sudah punya komposter sehingga tinggal dikembangkan,” kata dia.

Disinggung penyaluran hasil olahan komposter yang kerap menjadi ganjalan bank sampah di beberapa wilayah, Suwardi mengaku tak khawatir. Dia mengatakan pupuk hasil komposter dapat diserap kelompok wanita tani yang berada di Sondakan. Selama ini kelompok tersebut rutin melakukan pembibitan.

“Rabuk (pupuk) juga bisa dipakai sendiri untuk jalur hijau di kampung. Kami berupaya sinergi dengan komunitas yang ada.”

Advertisement

Suwardi mengatakan pendirian bank sampah wajib diikuti kesadaran memilah sampah dari rumah tangga. Tanpa kesadaran tersebut, dia menilai program bakal sulit berkembang. Dalam program bank sampah, sampah non organik seperti kardus, kertas hingga botol plastik dapat dipilah untuk dijual. Sedangkan sampah organik diolah menjadi pupuk. “Mengubah cara pandang warga soal sampah tidak semudah membalik tangan.”

Ketua Komisi II DPRD, Y.F. Sukasno, mengapresiasi wilayah yang berinisiatif mengembangkan bank sampah. Menurut Sukasno, ke depan Solo harus memiliki bank sampah hingga tingkat RT untuk mengurangi beban sampah di hilir. “Selain ramah lingkungan, bank sampah dapat meningkatkan ekonomi warga jika dikelola serius. Di sebuah RT di Mojosongo, penjualan sampah plastik, kardus hingga olahan kompos dapat menghasilkan Rp2 juta per bulan.”

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif