Kolom
Jumat, 10 Juni 2016 - 07:10 WIB

GAGASAN : Ke Mana Perginya Pulung Sastra Jawa?

Redaksi Solopos.com  /  Evi Handayani  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Keliek S.W. (Istimewa)

Gagasan Solopos, Rabu (8/6/2016), ditulis Keliek S.W. Penulis adalah aktivis sastra Jawa kelahiran Wonogiri dan kini tinggal di Nganjuk, Jawa Timur.

Solopos.com, SOLO — Sing ana mung kari ampas tebu, campur tinjane ronggawarsita sing wis dadi lebu (Sala, Moch. Nursyahid P.).

Advertisement

Inilah pertanyaan saya untuk publik sastra Jawa (modern) dan stakholders di Solo. Ke mana perginya pulung sastra Jawa? Apa yang saya sebut dengan istilah ”publik” dan ”stakholders” menunjuk berbagai pihak: para pegiat sastra Jawa, pengamat-kritikus-akademisi sastra Jawa, institusi-institusi pendidikan dan kebudayaan, media massa, bahkan penikmat sastra Jawa pada umumnya.

Sedangkan ”Solo” merujuk wilayah eks Karesidenan Surakarta, kini lebih dikenal sebagai kawasan Soloraya, tempat Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat dan Kadipaten Mangkunegaran yang dianggap sebagai kiblat atau pusat kebudayaan Jawa.

Sudah cukup lama saya gelisah dengan pertanyaan tersebut. Sebuah pertanyaan berulang-ulang dan menjelma serupa soliloquidialog batin tak berkesudahan. Fenomena kemeriahan sastra Jawa di Jogja dan beberapa kota di Jawa Timur (Tulungagung, Ponorogo, Malang, dan Bojonegoro) turut menanam saham signifikan terhadap kegelisahan saya.

Advertisement

Saya merasa bahwa pulung sastra Jawa pernah berada di Solo namun sudah sejak lama pergi meninggalkannya. Ke mana perginya pulung itu? Saya tidak tahu.

Mungkin tidak terlalu penting untuk menelusuri ke mana pulung itu pergi tetapi sangat mungkin dipahami mengapa pulung itu pergi dan sampai hari ini belum ada tanda-tanda bahwa pulung itu akan kembali. Mungkinkah pulung itu ”dipanggil” pulang?

Sisa-sisa fenomena yang mengindikasikan bahwa pulung sastra Jawa memang pernah berdomisili di Solo sempat saya saksikan dengan mata kepala saya sendiri melalui aura sastra Jawa Any Asmara, Widi Widayat, S.H. Puruso, Sudharmo KD, N. Sakdani.

Juga melalui beberapa surat kabar berbahasa Jawa, seperti Dharma Nyata, Dharma Kandha, Parikesit, serta sepak terjang para pengarang: Arswendo Atmowiloto, Efix Mulyadi, Ardian Syamsuddin, Moch. Nursyahid P., Sukardo Hadi Sukarno, Roeswardiyatmo H.S., Poer Adhie Prawoto, dan lain-lain.

Advertisement

Kehadiran Bambang Widoyo Sp.—akrab dipanggil Kenthut—dengan naskah-naskah sandiwara panggung berbahasa Jawa dan Teater Gapit yang dipimpinnya juga mampu memberi pamor tersendiri bagi sastra Jawa.

Sekarang semua itu tinggal kenangan masa lalu. Suka atau tidak suka harus saya katakan bahwa sejak era 1990-an Solo semakin sepi dari aktivitas sastra Jawa dan kian tersisih dari pergaulan sastra Jawa.

Kondisi sastra Jawa di wilayah ini benar-benar kurang darah sehingga wajahnya sangat pucat dan menyedihkan. Saya tidak menutup mata bahwa di wilayah Soloraya masih ada sejumlah pengarang sastra Jawa.

Mereka antara lain Roeswardiyatmo H.S. dan Arih Numboro (Solo), Daniel Tito dan Putut Haen (Sragen), Irul S. Budianto (Boyolali), Suryadi W.S. dan Yan Tohari (Klaten), Al. Aris Purnomo, Parpal Purwanto, dan Sri Sugiyanto (Wonogiri), Wieranto dan Sugiarto B. Darmawan (Sukoharjo).

Advertisement

Ditilik dari segi jumlah pengarang memang masih lumayan banyak—hanya Karanganyar sampai hari ini tidak melahirkan generasi pengarang (sastra Jawa)—namun dengan berat hati harus saya katakan bahwa di wilayah ini nyaris tidak ada sastra Jawa!

Lenyapnya pulung sastra Jawa dari Solo sesungguhnya sudah dapat dibaca sejak berakhirnya PKJT (semula Pusat Kebudayaan Jawa Tengah kemudian berubah menjadi Pengembangan Kesenian Jawa Tengah) yang mengakomodasi berbagai kegiatan sastra Jawa.

Kegiatan-kegiatan sastra Jawa itu antara lain lomba penulisan sastra Jawa, penerbitan buku sastra Jawa, dan sarasehan sastra Jawa. Saya ingin mengingatkan bahwa PKJT merupakan proyek Pembangunan Lima Tahun (Pelita) pada zaman Orde Baru.

Proyek itu di bawah pimpinan seniman-budayawan S.D. Humardani dan berjalan selama dua periode (1971-1975 dan 1976-1980). PKJT merupakan cikal bakal Taman Budaya Surakarta (TBS). [Baca selanjutnya: Menungu Jawaban]Menungu Jawaban

Advertisement

Proyek ini didukung oleh media lokal berbahasa Jawa Dharma Nyata (dipimpin N. Sakdani Darmopamudjo) dengan Arswendo Atmowiloto sebagai motornya. Ketika itu PKJT dan sastra Jawa tampak begitu berwibawa dan meriah, suaranya mengumandang hingga ujung timur Pulau Jawa.

Melalui esai singkat ini saya memang sekadar bertanya dan saya kira pertanyaan saya jauh lebih santun daripada ekspresi kejengkelan (atau kemarahan) Moch. Nursyahid P. lewat epigram karyanya yang saya kutip secara utuh di awal tulisan ini (sengaja tidak saya terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia).

Saya berharap pertanyaan ini menjadi stimulan untuk sebuah diskusi. Mungkinkah pulung sastra Jawa dipanggil pulang agar aura sastra Jawa di Solo kembali bercahaya?

Dalam konteks kekinian, mungkinkah Solo menjadi mercusuar sekaligus barometer sastra Jawa modern—seperti pernah terjadi beberapa dasawarsa silam? Pertanyaan sarat harapan ke arah revitalisasi sastra Jawa ini jelas membawa konsekuensi.

Konsekuensinya adalah apa yang perlu dilakukan dan siapa yang harus melakukan agar pulung sastra Jawa benar-benar kembali dan bukan sekadar mimpi di siang bolong?

Ini tidak mudah, tapi bukan berarti tidak mungkin. Saya percaya bahwa banyak kemungkinan dapat diperbuat sebab akar dan aset sastra Jawa di wilayah ini sangat jelas dan sangat kuat.

Advertisement

Selain ada sejumlah pengarang sastra Jawa, di sini ada Taman Budaya Surakarta, ada Jurusan Sastra Daerah (Jawa) di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sebelas Maret, ada Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat dan Pura Mangkunegaran, serta stakholders lainnya.

Jika ada kemauan, saya kira akan muncul berbagai gagasan cerdas yang pantas dikedepankan dan layak diagendakan. Dibutuhkan kerja sama yang sinergis antara berbagai pihak agar harapan mengembalikan pulung sastra Jawa dapat terwujud.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif