Soloraya
Kamis, 9 Juni 2016 - 03:10 WIB

KESEHATAN WARGA SOLO : Pemkot Antisipasi Peningkatan GAKY

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi industri garam. (/JIBI/Solopos/Dok.)

Kesehatan warga Solo, Pemkot mengantisipasi peningkatan penyakit akibat gangguan akibat kekurangan yodium.

Solopos.com, SOLO–Pemerintah Kota (Pemkot) Solo meningkatkan antisipasi terhadap gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY) di Solo. Antisipasi itu berupa sosialisasi dan sidak pasar untuk pengecekan kadar yodium dalam garam yang dijual di pasar serta toko modern.

Advertisement

“Meskipun dari data di DKK [Dinas Kesehatan Kota] tidak ada kasus, kami tetap mengantisipasinya dengan sosialisasi dan pengecekan di lapangan. Di dalam program itu, kami telah membentuk tim,” kata Kabid Sosbud Bappeda, Enny Rosana, saat ditemui Solopos.com seusai talk show di RRI, Rabu (8/6/2016).

Tim tersebut diketuai Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) dan sekretaris DKK. Sedangkan teknisnya di beberapa satuan kerja perangkat daerah (SKPD) lain di antaranya bagian hukum dan perekonomian.

Sebenarnya, lanjut dia, Solo sudah memiliki Perda Nomor 14 Tahun 2003 tentang Pengendalian Peredaran Garam. Tahun ini aturan itu digerakkan lagi karena ada program dari Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah (Jateng).

Advertisement

“Di Jateng khususnya di Brebes dan Wonosobo, kasus ditemukannya penderita GAKY cukup banyak. Untuk itu Pemprov melakukan pencegahan di seluruh kabupaten dan kota di Jateng agar GAKY tidak meluas. Kami juga akan melakukan sosialisasi ke lingkungan SD hingga SMA,” ujarnya.

Terkait upaya itu, Pemprov juga menganggarkan pengadaan alat tes kadar yodium dalam garam untuk sidak di pasar tradisional dan toko modern. Solo mendapat dua alat itu dengan anggaran sekitar Rp10 juta. Menurut Enny, garam yang baik dikonsumsi mengandung yodium 30 ppm sesuai standar nasional indonesia (SNI) dari Kementerian Kesehatan.

Ia menyatakan dari data di Dinas Perindustrian dan Perdagangan di Solo, tidak ada garam yang dijual tanpa yodium. Tapi, ada beberapa temuan garam yang mengandung yodium dibawah 30 ppm sehingga kurang sehat dikonsumsi. Untuk itu, Enny mengimbau kepada masyarakat agar mencermati label yang mencantumkan kadar yodium.

Advertisement

Selain itu, ia juga mengimbau masyarakat untuk berhati-hati membeli bahan makanan salah satunya ikan asin. Sebab, ada produsen pengasapan ikan di kawasan Pantura yang masih mengunakan garam grasak tanpa yodisasi. Dari hal itu, penduduk kota yang mengonsumsi ikan asap atau ikan asin bisa terkena dampak karena pengolahan yang tidak sehat.

“Setelah Lebaran, alat untuk mengetes kadar yodium itu sudah ada. Selanjutnya, kami akan melakukan sidak untuk mengecek kadar yodium dalam garam yang dijual dan pengecekan makanan dengan bahan pengawet garam apakah layak konsumsi atau tidak,” imbuhnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif