Jogja
Selasa, 7 Juni 2016 - 16:04 WIB

KISAH INSPIRATIF : Inilah Hardjosudiro, Pensiunan Guru De Britto yang Sumbangkan Hasil Penjualan Motornya

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Hardjosudiro dan sepeda motor yang dijualnya. (detikcom)

Kisah inspiratif datang dari pensiunan guru SMA Kolese De Britto

Harianjogja.com, JOGJA – Pujian netizen tertuju ke Hardjosudiro (80), pensiunan guru SMA Kolese De Britto Yogyakarta. Mbah Hardjo, panggilan Hardjosudiro, dianggap mewakili kesederhanaan seorang guru dan tidak tamak. Dia menyumbangkan sebagian besar uang hasil penjualan motor kesayangannya ke yayasan.

Advertisement

Baca juga :
KISAH INSPIRATIF : Pensiunan Guru Ini Kaget, Sepeda Motornya Laku Rp15 Juga Tapi Dibayar Rp36 Juta
KISAH INSPIRATIF : Pensiunan Guru De Britto Sumbangkan Hasil Penjualan Motor Bututnya

Mbah Hardjo pensiun dari SMA Kolese De Britto pada 1996 silam. Setelah itu, hidupnya dihabiskan di rumah di kawasan Wirobrajan Yogyakarta bersama istrinya, Theresia Sutarti (79). Sedangkan anak semata wayangnya sudah berkeluarga dan tinggal di Bogor, Jawa Barat.

Advertisement

Mbah Hardjo pensiun dari SMA Kolese De Britto pada 1996 silam. Setelah itu, hidupnya dihabiskan di rumah di kawasan Wirobrajan Yogyakarta bersama istrinya, Theresia Sutarti (79). Sedangkan anak semata wayangnya sudah berkeluarga dan tinggal di Bogor, Jawa Barat.

Ditemui di rumahnya, Senin (6/6/2016), Mbah Harjo menceritakan, selain mengajar kimia di De Britto, sejak kecil dirinya menggeluti dunia tari. Bahkan pada tahun 1971 dia dikirim oleh Keraton Yogyakarta ke Belanda untuk menari.

“Saya menari dari umur 14 tahun sampai kecelakaan tahun 1986 dan berhenti,” kata Hardjo.

Advertisement

Niatan itu didengar salah satu alumni De Britto, lalu didiskusikan sesama alumni. Menurut salah satu alumnus, Yusuf Khestanon, alumni De Britto memang solid dan menjaga komunikasinya dengan serius melalui berbagai media baik Facebook maupun Whatsapp.

Banyak kegiatan yang mereka lakukan bersama mulai dari sekedar berkumpul reuni hingga menggalang dana untuk rekan, guru atau siapapun yang membutuhkan pertolongan.

Anon, panggilan Yusuf Khestanon, mengatakan semua ini motor dibeli oleh alumni De Britto. Memangnya kalian tega, di saat kita belum jadi apa-apa, dia [motor itu] yang menemani guru kita ngajar,” kata Anon saat dihubungi detikcom.

Advertisement

“Ini motor ada sejarahnya. Auranya bagus, milik guru, di mana penghargaan kita untuk guru,” tambah Anon.

Proses lelang secara online via media sosial dilakukan mulai Kamis (26/5/2016) lalu. Disepakati motor tersebut dilelang dimulai dari harga Rp2 juta dan dengan tawaran selanjutnya kelipatan Rp50 ribu, lalu kelipatan dari jumlah tawaran sebelumnya. Proses lelang ditutup pada Minggu (29/6/2016) pukul 21.00 WIB.

“Pemenang lelang Rp15,5 juta oleh pak Gunawan Wibisono angkatan 86. Tapi kami nggak mau dong kalau cuma sedikit. Lalu ada yang bilang, ya sudah kemarin yang nawar, tawaranmu jadikan ‘bantingan’. Jangan cuma ngomong aja,” ujar Anon sambil tertawa.

Advertisement

Namun dari usulan itu, tidak hanya penawar yang ikut menyumbang, tapi alumni-alumni lain yang tak ikut menawar turut menyumbang.

“Semua urunan [menyumbang] lalu ketemu lah angka Rp36,4 juta,” tuturnya, kepada detikcom.

Uang hasil lelang diberikan secara langsung di sebuah angkringan di Sleman, pada Sabtu (4/6/2016). Mantan murid sangat bahagia bisa membantu Sang Guru. Tak dinyana, uang hasil penjualan motor itu sebanyak Rp21,5 juta justru disumbangkan ke yayasan dan gereja. Mantan murid seolah diberi ‘pelajaran’ lagi oleh Mbah Hardjo bahwa uang bukan segalanya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif