Soloraya
Kamis, 2 Juni 2016 - 20:46 WIB

LALU LINTAS SOLO : Cabut Satu Arah! Takmir Langgar Merdeka: Ibu-Anak Enggan Pengajian Karena Takut Nyebrang

Redaksi Solopos.com  /  Rini Yustiningsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Bunga mawar ditaburkan membentuk tulisan SSA NO!! saat aksi doa bersama di kawasan pertigaan, Jl. dr. Radjiman, Laweyan, Solo, Kamis (19/5/2016) malam. Doa bersama di bahu jalan tersebut digelar sebagai wujud penolakan dari warga serta berharap Sistem Satu Arah (SSA) yang diterapkan di wilayah Laweyan dibatalkan oleh dinas terkait. (Ivanovic Aldino/JIBI/Solopos)

Lalu lintas Solo jalan satu arah di wilayah Laweyan diprotes.

Solopos.com, SOLO — Warga Laweyan minta Pemerintah Kota (Pemkot) mencabut sistem satu arah (SSA) yang diberlakukan di kawasan itu. Menurut mereka, SSA bukan membuat nyaman tetapi meresahkan warga. Sejak satu arah diterapkan, kendaraan yang melintas semakin melaju kencang. Ini membuat takut warga yang ingin menyeberang.

Advertisement

Takmir Langgar Merdeka Zulfikar Husein bahkan menyebut ibu dan anak enggar ke langgar ikut pengajian karena takut menyeberang.

Tuntutan pencabutan jalan satu arah diutarakan dalam pertemuan warga Laweyan di Base Camp SAR Ta’mirul Islam, Rabu (1/6/2016). Saat itu ada sekitar 100 orang yang ingin menyampaikan keluh kesahnya terkait SSA.

Advertisement

Tuntutan pencabutan jalan satu arah diutarakan dalam pertemuan warga Laweyan di Base Camp SAR Ta’mirul Islam, Rabu (1/6/2016). Saat itu ada sekitar 100 orang yang ingin menyampaikan keluh kesahnya terkait SSA.

Di depan lokasi pertemuan ada beberapa spanduk penolakan SSA oleh warga. Di dalam pertemuan itu juga ada pengamanan dari beberapa orang tentara dan kepolisian.

Seperti yang diungkapkan Nasution. Menurutnya, penerapan SSA membuat kendaraan yang lewat semakin memacu kecepatannya. Hal itu menimbulkan banyak kecelakaan di kawasan itu.

Advertisement

Warga Laweyan lainnya, Miftah, juga mengatakan hal serupa. “Di Jakarta saja ada pemberlakuan SSA tetapi akhirnya dicabut karena meresahkan warga, mengapa di Solo kota yang lebih kecil tidak bisa?” ujarnya.

Zulfikar Husein yang merupakan perwakilan Takmir Langgar Merdeka juga menyatakan ibu-ibu dan anak-anak yang hendak ke Langgar Merdeka takut menyeberang karena laju kendaraan sangat cepat. Akhirnya, mereka enggan ke langgar untuk pengajian.

“Jalan dr. Radjiman dari Baron ke Jongke tidak ada lampu merah sehingga laju kendaraan sangat cepat. Padahal, ada 32 mulut gang di kawasan itu. Warga jadi enggan ke masjid karena menyeberang saja sulit,” tutur Zulfikar.

Advertisement

Ekonomi

Seorang pedagang Pasar Kabangan, Cici, mengungkapkan ada sekitar 60 pedagang yang menolak SSA. Ia menyatakan bukan permasalahan ekonomi yang menjadi penyebab penolakan tersebut, tetapi ia khawatir dengan banyaknya kecelakaan karena banyak bus yang ugal-ugalan.

Saat itu, Mohammad Ali, yang memfasilitasi pembicaraan tersebut juga ingin jalur SSA dikembalikan seperti semula agar masyarakat tidak resah.

Advertisement

“Nanti kalau ada rencana penerapan SSA, warga diajak berdiskusi agar Pemkot bisa mendapat masukan dari masyarakat,” kata Abah Ali, panggilan akrabnya.

Dari pertemuan itu, pada Sabtu (4/6) pukul 09.00 WIB, rencananya ada doa bersama di Jl. dr. Radjiman sebagai aksi warga. Mereka tidak akan menutup jalan tetapi akan salat di tengah jalan. Hal itu sebagai upaya mereka sebagai aksi keempat untuk menuntut pencabutan SSA.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif