Jogja
Senin, 30 Mei 2016 - 17:30 WIB

UMKM GUNUNGKIDUL : Pengusaha Tempe Sulit Peroleh Kedelai Lokal

Redaksi Solopos.com  /  Sumadiyono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - ilustrasi

Para petani kedelai mulai jarang menanam kedelai.

Harianjogja.com, PLAYEN-Pengusaha tempe di dusun Wiyoko, Desa Plembutan, Playen kesulitan untuk mendapatkan bahan pembuat tempe, tanaman kedelai lokal di daerahnya. Hal tersebut akhirnya memutuskan para pengusaha tempe untuk menggunakan kedelai impor sebagai bahan dasar, meskipun harga lebih mahal hal tersebut tak membuat mereka beralih ke kedelai lokal.

Advertisement

Salah seorang pengusaha tempe di dusun Banaran, Etik mengungkapkan saat ini sulit untuk mendapatkan kedelai lokal baik dari petani maupun pasar dan warung. Menurutnya, para petani kedelai di desanya pun mulai ogah-ogahan untuk menanam kedelai. Pasalnya perawatan tanaman kedelai dinilai lebih rumit dibanding komoditas lainnya dan lebih berisiko.

“Selain itu, hama juga menjadi alasan para petani enggan untuk menanam. Mereka lebih memilih untuk menanam jagung dan kacang tanah,” kata dia, Senin (30/5/2016).

Etik mengatakan dirinyapun memiliki lahan untuk menanam kedelai, namun tak maksimal dalam mengelolanya. Dibutuhkan modal yang cukup banyak untuk memelihara tanaman kedelai. Sehingga ia tak bisa mengandalkan hasil kebunnya untuk melanjutkan usaha membuat tempe. Akhirnya ia memutuskan untuk membeli kedelai impor yang justru banyak dijual di pasaran. Meskipun harga mahal, namun tak ada pilihan lain baginya.
Ia mengaku mau tak mau harus membeli kedelai impor untuk bahan tempenya karena hasil petani lokal minim.

Advertisement

“Harga kedelai lokal yag ia beli dari petani yakni sebesar Rp6.000 per kg, sedangkan untuk kedelai lokal seharga Rp6.500,” kata dia, Senin (30/5).

Sementara itu, salah seorang pedagang komoditas kacang-kacangan di Pasar Argosari, Sukinem membenarkan bahwa kedelai impor memang lebih banyak diburu oleh pembeli. Kedelai impor butirannya lebih besar dan dinilai pembelinya lebih mudah untuk diolah sebagai bahan dasar pembuat tempe. Meski begitu stok untuk kedelai lokal tetap tersedia di kiosnya.

“Ya walau tidak sebanyak pembeli kedelai impor, tapi tetap saja ada yang mencari,” kata dia.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif