Soloraya
Senin, 30 Mei 2016 - 10:31 WIB

Aktivitas Terganggu, Pedagang di Sragen Protes Drag Bike

Redaksi Solopos.com  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi drag bike (Dok/JIBI/Solopos)

Para pedagang di Sragen memprotes pelaksaan drag bike karena dinilai mengganggu aktivitas perdagangan.

Solopos.com, SRAGEN — Para pedagang yang tergabung dalam Kerukunan Pedagang Pasar Kota Sragen (KPPKS) memprotes kegiatan Drag Bike yang digelar di Jl. Raya Sukowati Sragen, tepatnya di depan Pasar Kota, Minggu (29/5/2016). Mereka merasa dirugikan atas kegiatan itu karena pembeli tak mendapat akses masuk ke pasar.

Advertisement

Ketua KPPKS, Mario, saat bertemu solopos.com di Pasar Kota, Minggu siang, menyampaikan kegiatan Drag Bike itu tidak ada koordinasi sebelumnya dengan pedagang. Kalau pun ada pedagang yang tanda tangan, kata dia, pedagang yang mana karena buktinya peguyuban pedagang tidak diberi tahu apa pun.
Mario mempertanyakan siapa yang memberi izin atas kegiatan balap motor itu.

“Banyak pedagang yang resah dan mengadu ke KPPKS tentang adanya Drag Bike di depan pasar. Kondisi pasar sekarang sudah sepi ditambah dengan ditutupnya akses bagi pembeli ke pasar ini. Pendapatan pedagang tambah merosot.
Kalau akses sering ditutup lama-lama pasar ini mati. Para pembeli kami itu berasal dari luar kota, seperti Ngawi, Mantingan, hingga sampai ke Cepu,” kata Mario yang diamini para pengurus KPPKS yang berkumpul di lobi depan pasar.

Mario menyayangkan kegiatan Drag Bike itu digunakan untuk ajang bisnis dan tidak ada kaitannya dengan perayaan Hari Jadi Sragen. Sejumlah pimpinan satuan perangkat daerah (SKPD) pun tak mengetahui siapa penyelengara kegitan itu saat ditemui solopos.com di kompleks Sekretariat Daerah (Setda) Sragen. Tudingan ajang bisnis itu dibuktikan Mario dengan menunjukkan adanya karcis masuk ke arena Drag Bike. Dia menyarankan agar kegiatan itu dipindahkan ke lokasi lain yang tidak menganggu aktivitas ekonomi, misalnya di Kroyo, Karangmalang, dan seterusnya.

Advertisement

Sekretaris KPPKS, Suwarlan, menambahkan bila akses jalan protokol ditutup yang dirugikan pedagang Pasar Kota dan pendapatan daerah dari sektor parkir.

Dia berpendapat kalau kegiatan itu dikaitakan dengan aksi sosial memberi hiburan rakyat untuk rangkaian HUT silakan tetapi kalau untuk ajang bisnis itu yang membikin resah pedagang. “Kami terus berjualan tetapi tidak laku bila akses ditutup. Padahal kami juga terus bayar retribusi,” katanya.

Pengelola Pasar Kota, Suharto, juga tak mengetahui bila Jl. Raya Sukowati ditutup. Sebagai tangan panjang Dinas Perdagangan, Suharto juga tidak pernah diajak bicara terkait dengan potensi pendapatan pasar yang hilang, seperti parkir. “Mestinya lokasinya tidak di depan pasar karena menganggu aktivitas perekonomian,” tutur dia.

Advertisement

Sementara itu, Koordinator Lapangan Drag Bike Sragen, Mardi Utomo, saat dimintai konfirmasi solopos.com mengaku sudah berkoordinasi dengan pedagang di Pasar Kota. Dia sudah menggalang tanda tangan persetujuan kepada 35 orang pedagang di pasar itu. Selain itu, Mardi yang lebih akrab disapa Mbah Mo itu juga mengganti pendapatan parkir yang masuk ke pengelola pasar.

“Akses jalan tidak semua kami tutup. Kami hanya menggunakan setengah badan jalan. Pendapatan parkir kami ganti. Terus mau apa lagi? Kalau ada yang protes itu orang-orang yang mencari masalah,” ujarnya.

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif