Jogja
Minggu, 29 Mei 2016 - 12:20 WIB

TRADISI JOGJA : Apeman Warga Sosromenduran, Simbol Permohonan Maaf Jelang Ramadan

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Warga Sosromenduran tengah membuat apem. Tradisi apeman dalam rangka menyambut ramadan itu dilombakan dan menarik wisatawan. (Ujang Hasanudin/JIBI/Harian Jogja)

Tradisi Jogja berupa ruwahan.

Harianjogja.com, JOGJA-Menjelang Ramadan, masyarakat Jogja melaksanakan tradisi apeman. Tradisi pada Bulan Ruwah atau Sya’ban ini juga sebagai simbol permintaan maaf antarwarga sebelum menjalankan ibadah puasa, sesuai dengan kalimatnya apem yang berasal dari bahasa arab ‘afwan’ atau masyarakat Jawa menyebutnya apem.

Advertisement

Tradisi tersebut juga digelar warga Sosromenduran, Kecamatan Gedongtengen, Jogja. Ratusan warga setempat membuat apem serentak di Jalan Sosromenduran, Sabtu (28/5/2016). Tak pelak kegiatan tersebut mengundang wisatawan berdatangan karena aroma adonan kue apem yang dipanaskan dalam wajan cukup menyengat sampai Jalan Malioboro.

“Kirain ada apa banyak orang masak di jalan,” kata Muhammad Alfatih, salah satu wisatawan yang sedang berlibur di Malioboro.

Advertisement

“Kirain ada apa banyak orang masak di jalan,” kata Muhammad Alfatih, salah satu wisatawan yang sedang berlibur di Malioboro.

Wisatawan asal Tangerang ini pun tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan tersebut. Ia pun memotretnya beberapa warga yang tengah membuat apem karena diakuinya sebagai momen langka. Selain memotret Alfatih pun turut mencicipi kue yang terbuat dari adonan beras, santan, dan tape tersebut.

Tidak hanya Alfatih, banyak wisatawan yang datang ikut mencicipi apem karena warga menggratiskannya. Selain apem, warga juga membuat kolak dan ketan yang sebagian digratiskan untuk wisatawan yang kebetulan melintas Jalan Sosromenduran.

Advertisement

“Dalam bahasa Arab, apem adalah afwan, yang artinya maaf. Filosofinya, warga saling memaafkan untuk mensucikan diri sehingga siap menjalankan ibadah puasa,” kata Bambang.

Selesai membuat apem yang dimulai sejak pukul 09.00 WIB. Apem hasil buatan warga tersebut kemudian dikirab oleh warga dengan rute Jalan Malioboro-Jalan Dagen-Jalan Jogonegaran-Jalan Sosromenduran pada siang hari. Sore harinya, apem yang dihias sedemikian rupa dengan kolak, ketan dan berbagai pernak-perniknya dodoakan bersama dalam bentuk kenduri.

Ketua Panitia Acara Ipung Purwandari mengatakan selesai kenduri acara dilanjutkan dengan hiburan kesenian tradisional dan pementasan wayang semalam suntuk sampai Minggu. Menurutnya, acara tersebut sudah digelar sejak tujuh tahun lalu oleh warga.

Namun seiring waktu, pengemasan tradisi apeman semakin variatif karena wilayahnya kini semakin ramai wisatawan. Tak heran tradisi tersebut juga masuk dalam kalender even tahunan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbuday Kota Jogja. Bahkan Disparbud membantu pendanaan dalam kegiatan tersebut.

Advertisement

“Kami hanya support dana sedikit, selebihnya warga karena itu murni acara warga,” kata Kepala Bidang Pembinaan dan Pengembangan Pariwisata, Disparbud Kota Jogja, Tri Mularsi.

Tri mengatakan even apeman warga Sosromenduran sudah tujuh kali digelar dan masuk dalam kalender even Disparbud. Selain tradisi, apeman, kata dia, agenda tersebut sangat mendukung sebagai daya tarik wisatawan karena kampung Sosromenduran menjadi salah satu Kampung Wisata.

Banyak potensi wisata yang berkembang di Sosromenduran. Tak heran kawasan tersebut ramai dikunjungi wisatawan setiap harinya. Fasilitas pendukung hotel, restoran, kerajinan UMKM warga mulai marak.

Advertisement

Sosromenduran berlokasi di Selatan Jalan Malioboro. Kawasan tersebut hampir tidak pernah sepi wisatawan. Di kawasan tersebut juga terdapat wisata malam di Sosrowijayan Kulon yang biasa disebut Sarkem atau Pasar Kembang. Bahkan dalam kegiatan apeman masa kemarin, para pekerja se komersial (PSK) Sarkem ikut bersam-sama warga.

Advertisement
Kata Kunci : Ruwahan Tradisi Jogja
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif