News
Minggu, 29 Mei 2016 - 17:04 WIB

Impor Bawang Merah Jelang Puasa, Petani Terancam Bankrut

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Petani memanen bawang merah di Pringapus, Kabupaten Semarang, Rabu (16/3/2016). (JIBI/Solopos/Antara/Aditya Pradana Putra)

Impor bawang merah kali ini dibuka menjelang puncak panen yang justru membuat petani terancam bangkrut.

Solopos.com, JAKARTA — Rencana pemerintah untuk mengimpor bawang merah sebanyak 5.000 ton menjelang Ramadan 2016 dikhawatirkan akan mengganggu harga di tingkat petani yang di saat yang sama justru tengah melangsungkan panen bawang merah.

Advertisement

Ketua Umum Dewan Bawang Merah Nasional (Debnas), Sunarto Atmo Taryono mengatakan impor bawang merah tersebut berisiko membuat harga jual bawang merah petani anjlok. Untuk itu, pemerintah diminta mengevaluasi rencana tersebut.

“Harga jual bawang merah di tingkat petani bisa terjun bebas di bawah harga pokok produksi. Petani adalah pihak yang paling dirugikan dan sebagian besar petani akan bangkrut atau terlilit utang sehingga sulit untuk menanam lagi,” katanya melalui keterangan resmi yang diterima Bisnis/JIBI akhir pekan lalu.

Sunarto menyampaikan kebijakan tersebut sangat kontra produktif dengan kebijakan pemerintah sebelumnya yang mendorong peningkatan produksi bawang merah melalui perluasan dan penambahan kawasan produksi bawang merah dengan menggunakan APBN dan APBD.

Advertisement

Selain itu, Debnas menyebutkan saat ini harga pembelian bawang merah di tingkat petani sudah berkisar pada angka Rp12.000-Rp16.000 per kilogram. Karena itu, harga di tingkat konsumen diprediksi dapat tertekan hingga Rp25.000 per kilogram sesuai yang ditargetkan pemerintah tanpa impor.

Sebelumnya, Komisioner KPPU, Saidah Sakwan, mempertanyakan alasan pembukaan impor bawang merah itu. Pasalnya, saat ini Indonesia masih surplus bawang merah di dalam negeri sehingga belum perlu melakukan impor.

“KPPU merekomendasikan kepada Pemerintah untuk tidak impor. Karena sesuai data, neraca bawang merah kita masih surplus, data produksi nasional kita 1,2 juta ton, sedangkan konsumsi nasional kita 950.000 ton pertahun,” kata Saidah dalam pesan tertulisnya kepada Solopos.com, Selasa (24/5/2016).

Advertisement

Menurutnya, saat ini yang perlu dilakukan pemerintah bukan membuka keran impor, tapi memperbaiki tata kelola stok secara nasional. Pasalnya, tak lama lagi, petani segera memasuki musim panen bawang merah sehingga stok tak mengkhawatirkan.

“Yang harus ditata oleh pemerintah adalah manajemen stok secara nasional, di mana pemerintah bisa menampung hasil panen petani dengan harga yang layak, dan intervensi pasar saat harga mahal utk membantu konsumen,” ungkapnya.

“Impor bawang saat ini tidak tepat, karena saat ini sedang mulai panen yang akan mencapai puncaknya pada Juni-Juli,” tutup Saidah.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif