Jateng
Sabtu, 28 Mei 2016 - 19:50 WIB

PEMBACOKAN SALATIGA : Kapak 5 Kepala, Pemuda Kalitaman Sakit Hati Di-bully Keluarga?

Redaksi Solopos.com  /  Rahmat Wibisono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Pelaku pembacokan keluarga di Kalitaman, Salatiga, Wahyu Setyo Wibowo, saat memberi keterangan kepada wartawan di ruang Satreskrim Polres Salatiga, Jumat (20/5/2016). (Imam Yuda Saputra/JIBI/Semarangpos.com)

Pembacokan Salatiga dilakukan seorang pemuda Kalitaman yang diduga para tetangga sakit hati atas sindiran keluarganya.

Semarangpos.com, SALATIGA – Penganiayaan yang dilakukan Wahyu Setyo Wibowo, 31, warga Kalitaman RT 003/RW 006, Kelurahan Salatiga, Kecamatan Sidorejo, Kota Salatiga, terhadap anggota lima keluarganya memang sudah berlangsung sepekan lalu. Meski demikian, pembacokan kepala lima orang dengan kapak yang dikenal pula dengan sebutan Tragedi Kalitaman itu tetap menjadi bahan gunjingan menarik para tetangga.

Advertisement

Aksi brutal Wahyu itu rupanya begitu menggetarkan warga Kalitaman sehingga insiden itu tetap menjadi bahan perbincangan hangat di antara mereka meski telah sepekan berlalu. Warga Kalitaman dan sekitarnya bahkan kini mulai berprasangka atas motif di balik aksi Wahyu yang menewaskan neneknya, Surtijah, 90, dan melukasi empat keluarga lainnya itu.

Salah seorang tetangga keluarga Wahyu, Hendi Suryo, 63, menduga pelaku melakukan aksi brutal itu lebih dikarenakan sakit hati. Hal itu dikarenakan pelaku acap kali mendapat sindiran dari anggota keluarganya karena statusnya yang pengangguran.

“Kalau saya melihat sih seperti itu [sakit hati]. Soalnya selain anak angkat, Wahyu juga tidak bekerja. Ia juga acap kali disindir oleh keluarganya karena menjadi pengangguran,” ujar Hendi saat berbincang dengan Semarangpos.com, beberapa waktu lalu.

Advertisement

Dugaan atas dahsyatnya pengaruh bullying keluarga Slamet terhadap Wahyu itu juga dikemukakan Suwarti. Perempuan yang menjadi saksi tunggal kekejaman Wahyu juga menyatakan lelaki yang pernah merantau di sejumlah daerah, seperti kota-kota di Sumatra, Jakarta, dan daerah-daerah di Kalimantan itu, acap kali dicaci maki ayah maupun saudara perempuannya.

“Sepulang dari Sumatra beberapa bulan lalu, dia kan enggak bekerja. Terus setiap mau makan, dengar-dengar ia acap kali disindir oleh keluarganya,” tutur perempuan yang berprofesi sebagai tukang pijit itu mengungkapkan buruknya perlakuan keluarga Slamet terhadap Wahyu.

Aksi brutal Wahyu yang diduga akibat kerap di-bully keluarganya itu terjadi di rumah mereka, Kamis (19/5/2016) sekitar pukul 10.00 WIB. Ia membacok kepala lima anggota keluarganya dengan kapak. Lima orang yang menuai buah buruk atas bullying Wahyu itu adalah ayahnya, Slamet Wahono, 70, ibunya, Tumiyem, 70, nenek, Surtijah, adik perempuan, Wuwu Handayani, 28, dan keponakannya, Andika, 5.

Advertisement

Dari kelima korban itu, hanya Surtijah yang nyawanya tidak tertolong. Empat lainnya sejauh ini belum berhasil dihabisi Wahyu. Surtijah tewas setelah dirawat awak medis RST dr. Asmir, Minggu (22/5/2016) malam. Sementara itu, Wahyu saat ini masih menjalani pemeriksaan di Mapolres Salatiga. Ia menjalani pemeriksaan oleh psikiater karena kondisi kejiwaannya yang labil.

“Hingga saat ini, pelaku masih labil dan sering memberikan jawaban yang berubah-ubah. Saat ini, ia masih menjalani pemeriksaan kejiwaan dengan psikiater dari RSUD Salatiga. Rencananya, setelah ini, pemeriksaan kejiwaan akan dilakukan oleh pihak Polda Jateng,” tutur Kasubag Humas Polres Salatiga AKP I Nyoman Suasma saat dijumpai Semarangpos.com di Salatiga, Jumat (27/5/2016).

 

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif