Jateng
Jumat, 27 Mei 2016 - 15:50 WIB

PEMBACOKAN SALATIGA : Diserang Pakai Kapak, Tukang Pijit Diabaikan Pemuda Kalitaman

Redaksi Solopos.com  /  Rahmat Wibisono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Pelaku pembacokan keluarga di Kalitaman, Salatiga, Wahyu Setyo Wibowo, saat memberi keterangan kepada wartawan di ruang Satreskrim Polres Salatiga, Jumat (20/5/2016). (Imam Yuda Saputra/JIBI/Semarangpos.com)

Pembacokan Salatiga yang dilakukan pemuda Kalitaman sempat disaksikan secara langsung oleh Suwarti, tukang pijit yang tengah melayani keluarga korban.

Semarangpos.com, SALATIGA – Pembacokan Salatiga yang dilakukan oleh Wahyu Setyo Wibowo, 31, kepada keluarganya sendiri di Kalitaman RT 003/RW 006, Kelurahan Salatiga, Kecamatan Sidorejo, Kota Salatiga, memang telah berlalu lebih dari sepekan. Meski demikian, peristiwa yang terjadi Kamis (19//5/2016) pagi lalu itu tak serta merta dilupakan oleh Suwarti, 60.

Advertisement

Saat tragedi Kalitaman yang membuat seorang meninggal dunia dan empat lainnya terluka parah akibat kepala mereka dibacok kapak itu berlangsung, Suwarti tengah berada di lokasi dan menyaksikan langsung kekejaman Wahyu. Suwarti bahkan merupakan satu-satunya saksi mata aksi brutal Wahyu yang menganiaya keluarganya sendiri dengan kapak.

Ayahnya, Slamet Wahono, 70, ibunya, Tumiyem, 70, nenek Surtijah, 90, adik perempuan, Wuwu Handayani, 28, hingga keponakan yang masih berusia lima tahun, Andika, menjadi sasaran kebrutalan Wahyu. Belakangan nenek Surtijah tak mampu bertahan dan meninggal dunia, Minggu (22/5/2016).

Advertisement

Ayahnya, Slamet Wahono, 70, ibunya, Tumiyem, 70, nenek Surtijah, 90, adik perempuan, Wuwu Handayani, 28, hingga keponakan yang masih berusia lima tahun, Andika, menjadi sasaran kebrutalan Wahyu. Belakangan nenek Surtijah tak mampu bertahan dan meninggal dunia, Minggu (22/5/2016).

Saat itu, Mbah Tati—sapaan Suwarti—yang sehari-hari bekerja sebagai tukang pijat panggilan, baru saja selesai memijat Andika dan ibunya, Wuwu. Warga Karangduwet, Desa Kaliwungu, Kecamatan Tingkir itu pun lantas berdiri di depan rumah keluarga Slamet Wahono untuk menunggu jemputan dari suaminya, Hapsono.

Ia menunggu jemputan itu ditemani Slamet yang tengah mengecat bak truk di depan rumah. Tiba-tiba, Wahyu datang dengan membawa kapak dan langsung menyerang Slamet di bagian kepala.

Advertisement

Diabaikan Pemuda Kalitaman
Suwarti menambahkan setelah lolos dari serangan pelaku, ia pun berlari ke jalanan menuju arah Pemandian Kalitaman yang banyak terdapat banyak pemuda setempat. Namun, saat itu tak ada warga yang terlihat mengubrisnya sehingga pelaku dengan leluasa menyerang anggota keluarga yang lain.

“Baru setelah polisi datang, Wahyu bisa dilumpuhkan. Saat itu, polisi memang cepat datang karena mereka sedang menggelar razia kendaraan di dekat situ [depan Gedung Pemerintah Daerah Kota Salatiga],” ungkap Suwarti.

Suwarti melihat satu per satu Wahyu menyerang keluarganya, mulai dari Slamet, Tumiyem, Andika dan Wuwu. Untuk Surtijah, Suwarti tak melihat proses penganiayaannya. “Saat itu, saya enggak melihat Wahyu menyerang Mbah Minto [Surtijah]. Kemungkinan Mbah Minto sudah lebih dulu diserang saat berada di dapur,” imbuh Suwarti.

Advertisement

Dari kelima anggota keluarga itu, Surtijah menjadi satu-satunya korban yang nyawanya tak bisa tertolong. Ia meninggal saat menjalani perawatan di RST Dr Asmir, Salatiga, Minggu malam.

Sementara itu, Slamet dan anak perempuannya, Wuwu, sudah dalam kondisi sehat dan diizinkan pulang. Namun, istri Slamet, Tumiyem dan anak Wuwu, Andika, hingga saat ini masih menjalani perawatan di RST dr. Soedjono, Magelang, dan RSU Tugurejo, Semarang, karena mengalami luka di bagian syaraf.

 

Advertisement

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif