Soloraya
Jumat, 27 Mei 2016 - 19:15 WIB

KERATON KASUNANAN : Pendapatan Wisata Hanya Rp15 Juta/Bulan

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Kori Kamandungan Keraton Kasunanan Surakarta ditutup seng, Kamis (26/5/2016). Penutupan itu sebagai bagian dari revitalisasi keraton. (Irawan Sapto Adhi/JIBI/Solopos)

Keraton Kasunanan hanya mampu menghasilkan dana Rp15 juta/bulan dari kegiatan wisata.

Solopos.com, SOLO–Keraton Solo hanya mampu mengumpulkan dana senilai Rp10 juta sampai Rp15 juta per bulan dari hasil penjualan tiket masuk wisatawan ke museum.

Advertisement

Wakil Pengageng Sasana Wilapa Keraton Solo, K.P. Winarno Kusumo, mengatakan pemasukan Keraton Solo dari hasil penjualan tiket masuk ke museum tidak lebih dari Rp15 juta per bulan. Menurut dia, dana tersebut lantas dimanfaatkan untuk memenuhi berbagai keperluan adat Keraton Solo.

“Pemasukan Keraton dari pengelolaan loket masuk museum rata-rata hanya Rp10 juta sampai Rp15 juta per bulan. Pemasukan paling banyak ya sekitar Rp15 juta itu waktu bulan-bulan basah. Artinya, musim liburan atau sedang ada banyak acara di Keraton,” kata Winarno kepada Solopos.com, Jumat (27/5/2016).

Winarno menegaskan lembaga Keraton berdiri dengan tidak bergantung pada bantuan pihak lain. Maka dari itu, lanuut dia, Keraton dalam setiap penyelenggaraan kegiatan adat juga mengambil atau memanfaatkan dana milik sendiri. Winarno membenarkan penyelenggaraan kegiatan adat paling banyak ditopang dari ketersediaan dana hasil penjualan tiket masuk ke museum.

Advertisement

“Keraton kan berdikari. Keperluan adat selama ini tentu ditanggung sendiri. Kami mengandalkan pemasukan dari [penjualan tiket] museum. Keperluan adat Keraton memang tidak sedikit. Tapi sudah menjadi ketentuan, keperluan itu harus tetap dipenuhi. Kegiatan budaya bahkan bisa menarik wisatawan,” jelas Winarno.

Disinggung soal pemugaran bangunan cagar budaya (BCB), Winarno menyebut, hal itu menjadi pengecualian bagi Keraton yang berdikari. Keraton tetap membutuhkan peran pemerintah dalam melaksanakan program revitalisasi. Winarno mengakui Keraton tidak mampu menyediakan anggaran besar untuk mencukupi kebutuhan dana pemugaran.

“Keraton tidak mungkin bisa sendiri kalau terkait pemugaran bangunan Keraton rusak. Pemasukan dari wisatawan jelas tidak cukup untuk merevitalisasi bangunan tua di Keraton. Setidaknya harus ada uang miliaran rupiah untuk bisa memperbaiki bangunan Keraton. Uang itu jelas perlu disediakan pemerintah,” tanggap Winarno.

Advertisement

Berdasrkan informasi yang dia peroleh, Winarno menceritakan Keraton hanya akan mendapat bantuan dana revitalisasi dari Pemerintah Pusat hingga 2019 mendatang. Menurut dia, semua bangunan Keraton yang rusak masih akan diperbaiki pemerintah pusat selama empat tahun ini. Setelah itu, Winarno memprediksi, Keraton akan tetap menerima bantuan dana revitalisasi tapi entah kapan.

“Dengar-dengar Pak Jokowi menargetkan 2019 bangunan di Keraton semuanya tidak ada lagi yang perlu direvitalisasi. Artinya, semua bangunan dalam kondisi baik. Meski demikian, saya rasa nanti kalau ada bangunan yang rusak, pemerintah tetap akan memperbaiki. Keraton kan termasuk kawasan cagar budaya,” papar Winarno.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif