Jateng
Jumat, 27 Mei 2016 - 17:50 WIB

KAMPUS DI SEMARANG : Tuding Unnes Melenceng, 1.000 Mahasiswa Beraksi

Redaksi Solopos.com  /  Rahmat Wibisono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Demonstrasi mahasiswa menolak Sumbangan Pengembangan Institusi (SPI) di Universitas Negeri Semarang (Unnes). (Youtube.com)

Kampus di Semarang, Universitas Negeri Semarang (Unnes), dilanda demonstrasi akibat pemberlakuan sumbangan pengembangan institusi.

Semarangpos.com, SEMARANG — Mahasiswa Universitas Negeri Semarang (Unnes), Kamis (26/5/2016), berdemonstrasi menolak pemberlakuan sumbangan pengembangan institusi (SPI). Perguruan tinggi negeri yang berkampus di Semarang itu dinilai melenceng dari tujuan awal didirikannya

Advertisement

Aksi unjuk rasa menolak sumbangan pengembangan institusi itu mereka gelar di depan Rektorat Unnes, Semarang. Unjuk rasa yang dirancang damai itu diawali dengan long march yang diikuti sekitar 1.000 mahasiswa dari Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK) Unnes.

Menyebut diri Aliansi Mahasiswa Unnes Bersatu, seribuan mahasiswa calon guru itu bersama-sama menuju Rektorat Unnes untuk melakukan orasi menuntut pihak kampus di Semarang itu membatalkan kebijakan yang tidak pro-rakyat miskin tersebut.

Menurut koordinator aksi unjuk rasa mahasiswa tersebut, Ahmad Fauzi, demonstrasi itu dilakukan untuk menolak diberlakukannya sumbangan pengembangan institusi (SPI) kepada calon mahasiswa Unnes yang mengikuti jalur mandiri. Pungutan oleh perguruan tinggi negeri itu mereka nilai bakal sangat memberatkan mahasiswa secara ekonomi.

Advertisement

“Akhir-akhir ini banyak dijumpai sekolah-sekolah negeri maupun perguruan tinggi negeri [PTN] yang melenceng dari tujuan awal didirikannya. Banyak terjadi komersialisasi pendidikan,” katanya.

Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Unnes itu menambahkan sebenarnya sekolah negeri dan PTN didirikan sebagai wujud pertanggung jawaban pemerintah kepada bangsanya, namun kenyataannya berubah. Ia mengatakan komersialisasi pendidikan terjadi, di antaranya dengan komersialisasi aset hingga komersialisasi mahasiswa dengan cara menarik biaya kuliah yang tinggi sehingga memberatkan masyarakat.

“Ditambah menarik uang pangkal atau SPI, atau yang dinamai Biaya Peningkatan mutu dan Prestasi Kemahasiswaan (BPMPK). Tentunya, biaya kuliah yang kian tinggi membuat semakin tak terjangkau,” tegasnya.

Advertisement

Hanya Ditampung
Selain itu, kata Fauzi, Aliansi Mahasiswa Unnes Bersatu juga menuntut diperbaikinya sistem uang kuliah tunggal dan meminta Unnes melibatkan mahasiswa pada perumusan kebijakan yang menyangkut mahasiswa. Dari pihak Rektorat Unnes, Pembantu Rektor I Unnes Prof Rustono dan PR II Martono menemui para mahasiswa, mewakili Rektor Unnes Prof Fathur Rohkman yang sedang ada kegiatan di luar kampus.

Martono berjanji akan menampung aspirasi yang disampaikan mahasiswa dan segera merapatkannya dengan jajaran Rektorat Unnes, tetapi tentunya jawaban tidak bisa diberikan secara langsung. “Kami harus melalui proses rapat, dan sebagainya. Namun, yang jelas untuk informasi yang ada website Unnes berkaitan dengan pungutan sumbangan itu langsung kami hapus,” katanya.

 

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif