Harga kebutuhan pokok di Bantul naik menjelang bulan puasa
Harianjogja.com, BANTUL- Harga daging ayam dan sayur mayur merangkak naik jelang Ramadan. Tradisi perayaan jelang Ramadan memicu lonjakan konsumsi pangan.
Kenaikan harga daging ayam dan sayur mayur antara lain terpantau di Pasar Bantul, Kamis (26/5/2016). Harga daging ayam naik dari harga Rp28.000 per kilogram menjadi Rp30.000.
“Dari pengepul ayam juga sudah naik harganya,” ungkap Utami salah satu pedagang ayam, ditemui Kamis.
“Dari pengepul ayam juga sudah naik harganya,” ungkap Utami salah satu pedagang ayam, ditemui Kamis.
Kenaikan harga mulai terjadi tiga hingga dua hari terakhir. Permintaan daging ayam menurut Utami mendorong merangkaknya harga jual daging ayam. Ditambahkannya, permintaan daging ayam naik lantaran saat ini sebagian besar masyarakat menggelar tradisi ruwahan menyambut bulan Ramadan.
Daris, salah seorang pedagang ayam lainnya mengatakan, lonjakan permintaan daging ayam menyebabkan ia harus menambah pasokan barang.
Selain harga ayam, komoditas sayur mayur juga merangkak naik. Kenaikan tinggi terjadi pada komoditas kentang yang biasa digunakan untuk bahan memasak pada berbagai acara perayaan jelang puasa.
Ana, pedagang sayur di Pasar Bantul mengatakan, kentang naik dari Rp8.000 per kilogram menjadi Rp12.500 per kilogram. “Kentang ini paling laris naiknya sejak sebulan lalu terus naik,” imbuh Ana.
Demikian pula dengan komoditas seperti cabai rawit. Harga cabai rawit naik dari Rp16.000 per kilogram menjadi Rp20.000. “Kalau cabai lain seperti cabai keriting harganya sama. Hanya rawit yang naik,” tutur dia.
Di sisi lain, harga komoditas sayur mayur seperti bawang relatif stabil dan cenderung turun. Padahal komoditas bawang merupakan salah satu bahan baku wajib dalam memasak.
Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi (Disperindagkop) Bantul Sulistyanta sebelumnya mengatakan, pemerintah akan menjaga kelancaran pasokan pangan saat puasa dan Lebaran.
“Kami juga mengawasi jangan sampai pasar lokal dibanjiri daging ayam yang berasal dari industri besar bukan peternak lokal,” paparnya.