Jogja
Rabu, 25 Mei 2016 - 18:28 WIB

Peringati Konflik, Warga Gunungkidul Gelar Upacara Bendera dengan Pakaian SD

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Suasana kenduri yang dilakukan warga Kelor Kidul usai menggelar upacara bendera dengan pakaian SD yang dilakukan di kawasan Pantai Watukodok. Rabu (25/5/2016). (David Kurniawan/JIBI/Harian Jogja)

Peringati konflik Watukodok, warga Gunungkidul menggelar upacara bendera dengan pakaian SD

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL – Warga Kelor Kidul, Desa Kemadang, Tanjungsari memeringati satu tahun perlawanan terhadap investor yang ingin menguasai kawasan Pantai Watukodok.

Advertisement

Peringatan dilakukan dengan cara yang unik dengan menggelar upacara bendera dengan menggunakan seragam sekolah dasar.

Selain upacara bendera, peringatan juga dilakukan beberapa kegiatan seperti kenduri, gelar potensi pangan lokal, kegiatan bersih pantai hingga pemutaran film Rayuan Pulau Palsu.

Tokoh Masyarakat di Dusun Kelor Kidul Yahya Yusmadi mengatakan, rangkaian kegiatan yang digelar warga di Watukodok untuk memeringati satu tahun perlawanan terhadap investor. Hingga kini, masalah sengketa lahan yang terjadi belum menemukan titik temu.

Advertisement

“Apapun itu kami tetap menolak rencana penguasaan lahan yang dilakukan investor,” kata Yahya, Rabu (25/5/2016).

Dia menjelaskan, penyelenggaraan upacara dengan menggunakan pakaian SD merupakan bentuk esksistensi perlawanan dan sebagai bukti bahwa warga serius mempertahankan kawasan Watukodok. Sebab di awal-awal munculnya konflik, warga dipandang sebelah mata oleh investor karena hanya lulusan SD.

Warga dianggap perlawanan yang dilakukan akan sia-sia dan tidak bertahan lama. “Dulu kami sempat diremehkan, tapi nyatanya hingga sekarang [kemarin] warga terus melakukan perjuangan,” tuturnya.

Advertisement

Untuk diketahui, konflik Watukodok muncul dari rencana Enny Supiani yang membuat resor di kawasan tersebut. dasar pembangunan ini karena yang bersangkutan merasa memiliki kekancingan dari keraton sehingga akan memanfaatkan lahan itu. Sayangnya hingga saat ini, upaya terebut belum terelisasi karena mendapatkan perlawanan dari warga.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif