Soloraya
Rabu, 25 Mei 2016 - 19:40 WIB

PEMBANGUNAN KOTA : Kota Solo Jadi Rujukan Perencanaan dan Rancangan Ruang Perkotaan

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Kabid Penataan Ruang dan Prasarana Kota Bappeda Solo, Suratno, Akademisi Rizon Parmadhi Utomo, Kasubdid Perencanaan Teknis Direktorar Bina Penataan Bangunan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kemen PUPR), Diana Kusumastuti, dan Perwakilan Tim Konsolidasi Indonesia untuk Habitat III, Bakti Setiawan (dari kiri ke kanan) saat menjadi pembicara dalam forum Media Briefing membahas Urban and Spatual Planning and Design di Hotel Alila, Laweyan, Solo, Rabu (25/5/2016).

Pembangunan kota, Kota Solo menjadi rujukan dalam perencanaan pembangunan kota di Indonesia.

Solopos.com, SOLO–Solo dapat dijadikan sebagai rujukan pembelajaran dalam perencanaan dan rancangan ruang perkotaan.

Advertisement

Hal tersebut disampaikan Perwakilan Tim Konsolidasi Indonesia untuk Habitat III, Bakti Setiawan, saat menjadi pembicara dalam forum Media Briefing membahas Urban and Spatual Planning and Design di Hotel Alila, Laweyan, Solo, Rabu (25/5/2016). Dia menilai, warga Solo telah terlibat aktif dalam proses pembangunan kota.

“Belajar dari Solo, kunci agar tidak seorang pun tertinggal dalam pembangunan kota adalah keterlibatan aktif warga kota dan kolaborasi yang setara serta sinergi antarberbagai pemangku kepentingan, dengan peran khusus pemerintah kota sebagau mediator,” pendapat Bakti.

Advertisement

“Belajar dari Solo, kunci agar tidak seorang pun tertinggal dalam pembangunan kota adalah keterlibatan aktif warga kota dan kolaborasi yang setara serta sinergi antarberbagai pemangku kepentingan, dengan peran khusus pemerintah kota sebagau mediator,” pendapat Bakti.

Habitat III merupakan agenda PBB tentang permukiman dan pembangunan perkotaan berkelanjutan. Tujuan agenda sidang yang akan dilaksanakan di Quito, Ekuador pada 17-20 Oktober mendatang tersebut untuk memastikan komitmen bersama menuju pembangunan perkotaan yang berkelanjutan.

Bakti mengatakan mau tidak mau, siap tidak siap, masa depan masyarakat global sangat bergantung pada kehidupan di perkotaan. Bukan tidak mungkin, menurut dia, 3/4 masyarakat nantinya tinggal di perkotaan. Bakti mempersilakan masyarakat memilih menjadikan urbanisasi sebagai sumber masalah atau sebagai peluang besar untuk menyejahterakan.

Advertisement

Menuju Habitat III, serangkaian acara persiapan diselenggarakan untuk merumuskan isu-isu perkotaan di belahan dunia. Majelis Umum PBB dalam Resolusi 67/216 memutuskan untuk membentuk Komite Persiapan (PrepCom) yang terbuka bagi semua negara anggota PBB. Tahun ini, PreCom3 diadakan di Surabaya pada 25-27 Juli 2016.

Kasubid Perencanaan Teknis Direktorat Bina Penataan Bangunan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kemen PUPR), Diana Kusumastuti, mengatakan sebelum pelaksaan PreCom3 di Surabaya, Kemen PUPR sebagai panitia penyelenggara menggelar diskusi di delapan kota di Indonesia, salah satunya Solo. Menurut dia, Solo mempunyai base practise bagus terkait perencanaan kota.

Selain Solo, tujuh kota lain yang menjadi sasaran tempat berlangsungnya diskusi, antara lain Semarang, Denpasar, Yogyakarta, Palembang, Makassar, Jakarta, dan Bandung. Masing-masing diskusi mengangkat topik yang berkaitan dengan tema Agenda Baru Pembangunan Perkotaan, seperti kohesi sosial, kesetaraan dan kota yang inklusif, urban framework, pembangunan spasial, dan lain sebagainya.

Advertisement

Direktur Eksekutif Yayasan Kota Kita, Ahmad Rifai, menyebut kerja sama antara penerintah dan civil society merupakan diperlukan dalam pembangunan perkotaan. Menurut dia, kota dimulai dari komunitas-komunitas yang tumbuh. Rifai menilai pemasalahan kota saat ini adalah masih timpangnya pembangunan. Rifai menuturkan NGO-NGO di seluruh dunia juga akan berkumpul untuk membahas problem-problem mendasar perkotaan sebelum acara PreCom3.

Akademisi Rizon Parmadhi Utomo, menegaskan rencana penataan kota sangatlah penting. Dalam penataan, dia berharap, sebuah wilayah bisa terbentuk beberapa kota sebagai pusat kegiatan. Sehingga, lanjut Rizon, basic servis bagi masyarakat yang semestinya tersedia di perkotaan, seperti air bersih sanitasi bisa tersedia menyebar.

Sementara itu, Kabid Penataan Ruang dan Prasarana Kota Bappeda Solo, Suratno, menjabarkan ada empat masalah ruang kota yang dihadapi Solo saat ini. Keempat masalah tersebut, yakni kawasan kumuh, hunian tidak berizin dan kebutuhan prasarana dasar; kesenjangan antar wilayah; keterbatasan lahan; dan kapasitas pengelolaan.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif