Jateng
Rabu, 25 Mei 2016 - 15:50 WIB

PEMBACOKAN SALATIGA : Begini Bisikan Mahkluk Halus ke Pelaku Tragedi Kalitaman...

Redaksi Solopos.com  /  Rahmat Wibisono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Pelaku pembacokan keluarga di Kalitaman, Salatiga, Wahyu Setyo Wibowo, saat memberi keterangan kepada wartawan di ruang Satreskrim Polres Salatiga, Jumat (20/5/2016). (Imam Yuda Saputra/JIBI/Semarangpos.com)

Pembacokan Salatiga dilakukan oleh pemuda di Kalitaman yang mengaku mendapat bisikan mahkluk halus.

Semarangpos.com, SALATIGA – Pelaku pembacokan di Kalitaman RT 003/RW 006, Kelurahan Salatiga, Kecamatan Sidorejo, Kota Salatiga, Wahyu Setyo Wibowo, 31, mengaku mendapat bisikan mahkluk gaib sebelum menganiaya keluarganya dengan kapak, Kamis (19/5/2016).

Advertisement

Saat ditanya beberapa wartawan di salah satu ruangan Satuan Reserse dan Kriminal (Satreskrim) Polres Salatiga, Jumat (20/5/2016), Wahyu mengaku sering mendapat bisikan dari alam gaib, yang memerintahkan dia untuk membunuh keluarganya.

“Akan terjadi perang besar dalam waktu dekat ini. Saya dengar dari suara-suara alam gaib. Saya juga mendengar bahwa keluarga saya mau membunuh saya. Jadi saya habisi lebih dulu,” ujar Wahyu.

Sebelumnya, pada Kamis sekitar pukul 10.00, Wahyu melakukan aksi brutal dengan menganiaya ayah, ibu, nenek, adik perempuan serta keponakannya yang masih berusia lima tahun dengan menggunakan kapak. Kelima anggota keluarga Wahyu itu, yakni Slamet Wahono (ayah), Tumiyem (ibu), Surtiyah/Minto (nenek), Wawu Handayani (adik) dan Andika (keponakan) hingga saat ini masih dirawat secara intensif di rumah sakit akibat perbuatan Wahyu itu.

Advertisement

Sementara itu, Kasatreskrim Polres Salatiga, Muh Zazid, belum berani memastikan apakah Wahyu mengikuti aliran sesat hingga berniat menghabisi nyawa keluarganya. Namun, dari informasi yang diperoleh, pelaku sering kali membaca buku primbon dan kitab suatu agama tertentu.

Terpisah, ahli kejiwaan dari RSUD Salatiga, dr. Iffah Qoimatum, juga belum berani memastikan pelaku pembacokan Salatiga dalam Tragedi Kalitaman itu mengalami gangguan jiwa. Pihaknya baru berani memberikan kepastian terkait kondisi kejiwaan pelaku setelah melakukan sesi pertemuan beberapa kali. “Kami perlu melakukan pemeriksaan beberapa kali dengan pelaku. Setelah itu kami baru bisa memberi kesimpulan,” terang Iffah.

 

Advertisement

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif