SOLOPOS.COM - Ilustrasi lapisan Bumi (Toptenz.net)
Kampus Jogja, STTNas memiliki cara mencegah kerusakan alam.
Harianjogja.com, SLEMAN — Akademisi berperan menjaga bumi, agar dalam jangka panjang tidak terjadi kerusakan yang semakin parah.
Hal itu dikemukakan oleh Wakil Walikota Jogja Imam Priyono, pada Sabtu (21/5/2016) dalam kegiatan ‘Bumi Fair’ memeringati Dies Natalis ke-22 Himpunan Mahasiswa Teknik Geologi ‘Bumi’ Sekolah Tinggi Teknologi (STTNas) Jogja.
Imam menjelaskan, peranan akademisi ada dalam bentuk penelitian kaitannya dengan kondisi alam. Peranan akademisi misalnya menghasilkan prediksi kondisi suhu bumi, kondisi mencairnya es di kutub, tingkat kadar limbah pada air, udara dan komponen lingkungan lain.
Untuk selanjutnya, hasil penelitian menjadi rekomendasi bagi penyusunan regulasi pemerintah, yang bisa memperbaiki kondisi alam ini. Maka, pemerintah daerah harus memiliki kesadaran untuk bekerja sama dengan peneliti dan akademisi kaitan dengan social environment. Karena hal ini memengaruhi banyak segi kehidupan masyarakat.
“Yang saat ini menjadi masalah adalah membangun kesadaran nurani masyarakat yang mengambil hak sungai misalnya, sungai yang memiliki hak sempadan 15 meter diambil untuk permukiman, dan membuang sampah di sungai. Pemerintah memang membuat regulasi, namun masyarakat masih sulit untuk tidak melanggar aturan ini,” imbuh dia.
Selain itu Imam menambahkan, ia mengapresiasi kegiatan ini, karena dianggap dapat melatih kepedulian anak muda terhadap lingkungan, yang dampak positifnya akan terlihat pula hingga jangka panjang.
Di kesempatan yang sama, Pembantu Ketua III STTNas Hill Gendoet Hartono mengungkapkan dukungan terhadap kegiatan ‘Bumi Fair’, yang menjadi wadah mahasiswa belajar mengadakan event dan bekal ujian ketika mereka ada di masyarakat. Hill juga membenarkan aktivitas yang dilakukan mahasiswa dalam Bumi Fair mendukung upaya STTNas untuk menjadi center of excellent di bidang teknologi, termasuk teknologi berkelanjutan.