Soloraya
Selasa, 24 Mei 2016 - 14:15 WIB

PERTANIAN KLATEN : Beras Raja Lele Bisa Jadi Produk Unggulan

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Pedagang beras menunjukkan beras beserta harganya kepada petugas KPPU di Surabaya, Jumat (27/11/2015). (JIBI/Solopos/Antara/Didik Suhartono)

Pertanian Klaten, Pemkab tengah mengupayakan beras Raja Lele menjadi produk unggulan.

Solopos.com, KLATEN–Beras raja lele dinilai pantas menjadi branding produk unggulan di Kota Klaten. Lantaran sudah dikenal di Tanah Air dalam beberapa dekade terakhir, pemasaran beras raja lele dianggap lebih mudah dilakukan.

Advertisement

Demikian penjelasan Camat Delanggu, Sri Wahyuni, saat ditemui wartawan di Pendapa Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Klaten, Senin (23/5/2016). Hingga kini, beras raja lele masih digandrungi pencinta beras di Tanar Air.

“Kami sangat antusias menunggu hasil kerja sama Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Klaten dengan Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) yang mengembangkan padi jenis raja lele. Beras raja lele ini memang sudah identik dengan Delanggu. Makanya, kami ingin sekali beras ini menjadi branding Klaten juga ke depan. Kalau sudah melegenda seperti itu, otomatis pemasarannya juga lebih mudah [karena sudah dikenal publik],” ujar Sri Wahyuni.

Sri Wahyuni mengaku sudah melaporkan ke bupati Klaten agar mem-branding beras raja lele Delanggu. Selain itu, Kecamatan Delanggu juga sudah berkoordinasi dengan Dinas Pertanian (Dispertan) Klaten agar para petani memiliki semangat menanam padi raja lele.

Advertisement

“Beberapa waktu lalu, kami sudah komunikasikan dengan Dispertan. Hasilnya, dalam waktu dekat kepala desa (kades) di Delanggu akan diberi sosialisasi pentingnya mengembangkan padi raja lele. Hanya waktunya belum bisa dipastikan, soalnya para kades di Delanggu masih fokus mengurus laporan dana desa,” katanya.

Sebelumnya, Kepala Bappeda Klaten, Surti Hartini, mengatakan kerja sama yang dijalin dengan BATAN bertujuan menciptakan padi raja lele yang cepat memasuki panen, tidak terlalu tinggi, dan memiliki kualitas yang baik. Selain melakukan riset di Desa Tlobong Kecamatan Delanggu, riset serupa juga dipusatkan di Desa Jaten Kecamatan Juwiring, Desa Glagahwangi Kecamatan Polanharjo, Desa Gempol Kecamatan Karanganom, dan Desa Sekaran Kecamatan Wonosari.

“Hasil penelitian sementara, tanaman padi raja lele sudah bisa disejajarkan dengan padi jenis hibrida, yakni maksimal 115 hari. Tinggi tanaman juga sudah bisa dikurangi hingga 20 centimeter. Umumnya, tinggi tanaman padi mencapai 155 centimeter. Hingga sekarang, kami masih melakukan riset [padi raja lele diharapkan tetap memiliki aroma wangi, berwarna putih, dan pulen].

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif