News
Selasa, 24 Mei 2016 - 06:30 WIB

PERSAINGAN USAHA : KPPU Selidiki Indikasi Kartel Perberasan

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Rombongan KPPU melihat proses produksi di PT Sakti yang terletak di Jl. Raya Solo-Sragen, Dukuh Nguwer, Desa Duyungan, Sidoharjo, Sragen saat sidak beras, Senin (23/5/2016). (Tri Rahayu/JIBI/Solopos)

Persaingan usaha, KPPU mengindikasikan ada kartel dalam usaha beras.

Solopos.com, SRAGEN–Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) menyelidiki indikasi persekongkolan penentuan harga dan penahanan suplai beras secara bersama-sama atau kartel perberasan dari Sragen hingga Jakarta. Indikasi tersebut terendus KPPU setelah mengetahui margin harga yang tebal antara harga beras di sentra produksi beras dengan di Ibu Kota atau Pasar Induk Beras Cipinang Jakarta.

Advertisement

Penyelidikian KPPU tersebut disampaikan Ketua KPPU, M. Syarkawi Rauf, saat inspeksi mendadak (sidak) di PT Sukses Abadi Karya Inti (Sakti) di jalan raya Solo-Sragen, Dukuh Nguwer, Desa Duyungan, Sidoharjo, Sragen, Senin (23/5/2016).

Syarkawi melihat proses produksi beras di anak perusahaan PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk bersama Komisioner KPPU Sukarni dan Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementerian Pertanian (Kementan) Agung Hendriadi. Para pejabat anggota Forum Pimpinan Daerah Kabupaten Sragen di bawah koordinasi Komandan Kodim 0725/Sragen Letkol (Inf) Denny Marantika juga ikut mendampingi sidak tersebut berdasarkan hasil koordinasi dengan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman.

Advertisement

Syarkawi melihat proses produksi beras di anak perusahaan PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk bersama Komisioner KPPU Sukarni dan Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementerian Pertanian (Kementan) Agung Hendriadi. Para pejabat anggota Forum Pimpinan Daerah Kabupaten Sragen di bawah koordinasi Komandan Kodim 0725/Sragen Letkol (Inf) Denny Marantika juga ikut mendampingi sidak tersebut berdasarkan hasil koordinasi dengan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman.

Sebelum menyidak PT Sakti Sragen, rombongan KPPU sempat mengecek harga beras di Pasar Tanggul, Solo. Syarkawi ingin melihat produksi beras bermerek Maknyus di PT Sakti dengan pernik-pernik rantai produksi dari petani hingga ke industri kemudian dipasarkan ke konsumen.

Syarkawati tak mendapat informasi lengkap tentang penentuan harga beras buatan PT Sakti karena pihak manajemen PT Sakti tak mengetahui penentuan harga jual beras Maknyus itu. Penentuan semua harga, mulai harga pembelian ke petani dan harga jual ditentukan induk perusahaan di Jakarta.

Advertisement

Syarkawi tidak segan-segan menindak tegas kepada perusahaan atau pengusaha yang terindikasi kuat melanggar aturan. Dia menyatakan pesan Presiden tegas agar KPPU mengambil langkah setegas-tegasnya terhadap pelanggaran persaingan usaha. Dia tak melihat indikasi penimbunan beras di PT Sakti berdasarkan pengamatan di dua gudang penyimpanan dan satu gudang produksi karena total beras yang ada hanya 1.000 ton. Dia justru menemukan satu gudang yang digunakan untuk menyimpan beras jatah atau beras patah (broken). Beras-beras itu sengaja disimpan untuk memenuhi permintaan industri tepung.

Dia berpendapat stok yang relatif sedikit tak akan mempengaruhi harga beras di pasaran. Kendati demikian, Syarkari dan komisioner KPPU tidak berhenti bergerak setelah sidak. Dia akan mencari siapa penentu harga beras buatan PT Sakti di Jakarta.

“Temuan di Pasar Induk Beras Cipinang Jakarta untuk IR 64 Medium mencapai Rp9.300-Rp9.400/kg tetapi di Kerawang harganya hanya Rp8.900/kg. Kami akan teliti lebih lanjut temuan itu,” tutur dia.

Advertisement

Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementan, Agung Hendriadi, mengatakan pemerintah ingin memastikan arus distribusi beras dari produsen ke konsumen lancar. Dia mengajukan proposal produksi beras pada Juni-Juli mencapai 7 juta ton.

Dia mengasumsikan konsumsi nasional beras 2,6 juta ton per bulan atau 2,8 ton per bulan di Ramadan maka ada surplus beras nasional 5 juta ton.

“Kami melihat arus distribusi beras lancar. Kami menjamin stok beras tidak ada di Sragen [PT Sakti] makanya kami langsung kejar ke distributornya di Jakarta. Apakah di Jakarta ditahan? Kalau ditahan harga pasti dipermainkan. Kami secepatnya bergerak. Di mana yang menghambat kami buka kerannya,” tambah dia.

Advertisement

Sementara itu, Direktur Operasional PT Sakti Sragen, Harry Cahyono, mengatakan produksi beras di PT Sakti mencapai 500 ton per hari. Harry menjelaskan PT Sakti mendapatkan harga dengan cara membeli langsung ke petani dan pedagang dengan harga papan, Rp4.250-Rp4.300/kg untuk gabah kering panen (GKP). Harry tak mengetahui harga jual beras kemasan Maknyus yang diproduksi PT Sakti.

“Semua harga itu yang menentukan di Jakarta. Harga papan [harga dasar] pembelian itu juga ditetapkan di Jakarta. Saya tidak tahu harga penjualannya beras. Kami hanya sebagai karyawan produksi,” ujarnya.

Produksi beras Maknyus di PT Sakti berlangsung terus menerus dan langsung didistribusikan ke distributor di Jakarta dan daerah lainnya. Harry menjelaskan beras hanya ditampung di gudang transit 3-4 hari untuk menunggu pembayaran atau armada angkut datang. Aktivitas komersial beras di PT Sakti, kata dia, baru berjalan selama dua tahun terakhir.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif