News
Selasa, 24 Mei 2016 - 16:30 WIB

Kurs Rupiah Ditutup Melemah 64 Poin, Ini Analisisnya

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Menghitung uang pecahan Rp100.000 (Dok/JIBI/Bisnis)

Kurs rupiah kembali ditutup melemah yang diperkirakan masih tertekan rencana kenaikan the Fed Rate.

Solopos.com, JAKARTA — Kurs rupiah ditutup melemah 0,47% atau 64 poin ke Rp13.638 per dolar AS setelah sepanjang hari diperdagangkan di kisaran Rp13.570/dolar AS-Rp13.704/dolar AS, Selasa (24/5/2016).

Advertisement

Dolar AS kembali menguat setelah ketua the Fed, St. Louis James Bullard, mengatakan keanggotaan Inggris di Uni Eropa tidak mempengaruhi keputusan rencana kenaikan Fed Rate. Secara terpisah, Ketua the Fed San Francisco John Williams mengatakan bank sentral AS masih berencana dua atau tiga kali menaikkan suku bunga tahun ini, seperti dikutip Bloomberg, Selasa.

Pengamat ekonomi PT Bank Permata Josua Pardede membenarkan pelemahan rupiah terhadap dolar AS akibat peningkatan ekspektasi kenaikan suku bunga acuan AS pada rapat the Federal Open Market Committee (FOMC). Kenaikan ini diperkirakan akan terjadi pada Juni 2016 seiring dengan perbaikan indikator perekonomian AS.

“Faktor sentimen tersebut yang menurut saya lebih dominan ketimbang faktor fundamental yg menurut saya justru membaik,” katanya kepada Bisnis/JIBI di Jakarta, Selasa (24/5/2016).

Advertisement

Komentar sebagian besar FOMC juga mendorong peningkatan ekspektasi kenaikan suku bunga The Fed. Kenaikan ekspektasi kenaikan suku bunga AS tersebut mendorong kenaikan permintaan dolar AS di pasar global. Alhasil, sebagian besar mata uang Asia mengalami pelemahan.

Pelaku pasar akan terus melihat perkembangan data-data AS ke depan. Jika indikator membaik, The Fed akan percaya diri menaikkan suku bunga pada Juni nanti. Data-data tersebut antara lain perbaikan laju pendapatan domestik bruto (PDB) pada kuartal II/2016, realisasi inflasi yang dilakukan oleh Personal Consumption Expenditure dengan target mendekati 2%, serta membaiknya data tenaga kerja AS.

Selain faktor eksternal, pelaku pasar di Indonesia juga menunggu pembahasan rancangan undang-undang (RUU) tentang Pengampunan Pajak (tax amnesty). Seperti diketahui, arus uang masuk dari tax amnesty berisiko membuat rupiah menguat. Bahkan penguatan ini bisa diatas nilai fundamentalnya (over valuation). Namun, risiko ini sangat tergantung seberapa besar keberhasilan tax amnesty.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif